Jangan Takut jadi Mahasiswa Bidikmisi: Kisah Inspiratif Mahasiswa Bidikmisi

Berbicara masalah Bidikmisi, maka kita berbicara mengenai mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan untuk kuliah namun mendapatkan bantuan dari pemerintah agar bisa berkuliah sebagaimana mestinya. Bidikmisi adalah suatu beasiswa yang diberikan oleh pemerintah bagi mahasiswa tidak mampu. Tapi tahukah Anda? Jangan pernah menyepelekan mahasiswa Bidikmisi. Jika Anda tahu, singkatan dari Bidikmisi sebenarnya adalah Beasiswa Pendidikan Mahasiswa Berprestasi. Jadi bukan karena ketidakmampuan ekonomi mereka menjadi lemah kemampuan intelektualnya, melainkan justru karena kemampuan intelektualnyalah pemerintah ingin memberikan stimulus agar mereka juga mendapat kesempatan yang sama bisa berkuliah sebagaimana mestinya.

Foto : http://bidikmisi.dikti.go.id/


Dalam suatu kegiatan bernamakan "Pembekalan dan Verifikasi Program Mahasiswa Bidikmisi" yang dilaksanakan di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, para mahasiswa bidikmisi diberikan pembekalan motivasi agar mereka merasa lebih percaya diri sebagai mahasiswa penerima beasiswa. Kegiatan yang berlangsung pada 5-7 Desember 2014 ini cukup memberikan pengaruh yang signifikan bagi para mahasiswa yang notabenenya adalah berlatar belakang dari keluarga kurang mampu. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Universitas Padjadjaran dan dibuka oleh wakil rektor 1 bidang kemahasiswaan yaitu Bapak Engkus Kuswarno.



Kisah-kisah inspiratifpun muncul dalam kegiatan ini. Dalam suatu sesi kegiatan, para mahasiswa saling berbagi pengalaman dan kisah mereka sebelum memasuki Universitas Padjadjaran (Unpad). Ada seorang mahasiswa perempuan yang mengambil jurusan Sastra Jerman. Dia bercerita tentang kisah harunya sebelum masuk Unpad. Pertama kali pada saat dia menyatakan pada orang tuanya bahwa dia ingin kuliah di Unpad, orang tuanya tidak menyetujui, terutama ayahnya yang sangat menolak dengan keras. Ayahnya mengatakan bahwa tidak penting kuliah karena akan menghabiskan uang saja, menurutnya hal itu sia-sia dan ayahnya lebih menyuruh sang anak untuk bekerja. Pada saat dikatakan seperti itu dia sangat sedih. Dia merasa seakan-akan tidak ada orang yang mendukungnya bahkan orang tuanya sendiri.

Setelah kejadian itu, Allah menunjukkan jalan. Saat itu ada saudaranya yang menguatkan bahwa dia harus kuliah. Gadis itu lantas tidak berkecil hati, dengan tekad dan keyakinan yang ada, akhirnya dia mendaftar ke Unpad dengan bidikmisi. Dia berjuang dengan segala kemampuan yang dia miliki. Akhirnya dia diterima di Sastra Jerman. Setelah meyakinkan orang tuanya bahwa kuliahnya dibiayai pemerintah, akhirnya orang tuanya menyetujui. Dari kejadian itu, dia bertekad, jika suatu saat dia sukses dan memiliki banyak uang, dia akan membuka lembaga pendidikan seluas-luasnya bagi masyarakat Indonesia. Sungguh perjuangan yang tidak mudah. Disini kita mendapat hikmah bahwa asalkan ada niat pasti ada jalan. Selain itu, dukungan moralpun sangat berpengaruh terhadap hidup kita.

Salah satu sesi hiburan pada  kegiatan Pembekalan dan Verifikasi Program Mahasiswa Bidikmisi

Kisah kedua muncul dari seorang laki-laki yang sebenarnya tidak mendapat dukungan dari masyarakat di kampungnya. Kejadiannya hampir sama dengan perempuan tadi, dimana pertama kali orangtuanya tidak menyetujui. Kemudian dia juga akhirnya menguatkan tekad dan bersungguh sungguh untuk kuliah. Akhirnya dia diterima di Jurusan Ilmu Sejarah. Apa yang sebenarnya menjadi penekanan disini adalah masyarakat di kampungnya. Pada saat itu, dia sangat diremehkan oleh masyarakat di kampungnya, di Indramayu. Masyarakat disana sangat memandang pesimis terhadap pendidikan. Secara kasar, masyarakat di kampungnya mengatakan,"untuk apa sekolah tinggi-tinggi, toh ujungnya paling mencangkul di sawah lagi." Menurut mereka pendidikan sebenarnya tidak menjamin untuk sukses. Tapi yang paling mencengangkan adalah cita-citanya yang tidak bisa diremehkan. Dia ingin merubah pandangan masyarakat kampungnya yang konservatif. Dimana dia ingin mengatakan pada masyarakat di kampungnya bahwa kita tidak boleh meremehkan pendidikan. Dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa sukses melalui pendidikannya, dan membuktikan bahwa orang-orang kampungnya salah. Memang pendidikan tidak menjamin kesuksesan, tapi sepertinya sulit untuk sukses tanpa mengenyam pendidikan.

Kisah ketiga mungkin kita sudah pernah mendengarnya di media-media. Namun pada momen yang spesial ini penulis bisa bertemu langsung dan berjabat tangan dengan beliau. Ya, kisah itu adalah kisah seorang mahasiswa difabel yang satu fakultas dengan penulis yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Pertama-tama penulis secara pribadi memohon maaf kepada Kang Usep jika ada kata-kata yang kurang mengenakkan hati, namun dengan hati yang tulus, penulis hanya berniat agar para pembaca lebih terinspirasi dari kisah-kisah ini.

Kang Usep (Kanan) Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, M Nuh.
Foto : http://kesos.unpad.ac.id/?p=1087

Jika Anda mencari kata kunci Usep Rohmat di mesin pencari Google, mungkin tidak akan sulit ketemu. Kang Usep ini adalah mahasiswa difabel dari Kota Cianjur. Kang Usep ini juga pernah juga masuk program Hitam Putih di Trans 7. Kang Usep dari lahir memang sudah mengalami keadaan yang demikian dimana ia hanya berjalan dengan satu kaki dan tidak memiliki tangan yang sempurna. Bahkan beliau juga tidak pernah mencita-citakan untuk mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Namun yang beliau tahu hanyalah beliau harus belajar agar bisa mencapai mimpi-mimpinya. Dalam suatu video yang dibuat oleh Unpad, beliau mengatakan bahwa walaupun beliau adalah kaum difabel tapi beliau ingin juga menjadi orang sukses, menjadi pejabat di pemerintahan.

Kisah inspiratif Kang Usep dimulai ketika ia sedang membuat mainan mobil-mobilan yang beliau jual seharga dua hingga tiga ribu rupiah pada saat itu. Suatu saat ada orang yang membeli, kemudian pembeli tersebut mengajukan syarat kepada Kang Usep. Syarat tersebut adalah pembeli tersebut akan membeli mainan tersebut asalkan Kang Usep terus sekolah dan terus  belajar giat. Dari perkataan itu Kang Usep lalu mencoba untuk terus belajar dan mengenyam pendidikan dengan keadaannya yang mungkin bagi kita tidak memungkinkan.

Kang Usep juga bukan berasal dari keluarga mampu, namun dengan tekadnya beliau ingin terus sekolah. Kala itu adalah masa-masa pendaftaran ke perguruan tinggi. Kang Usep yang baru lulus dari SMA 2 Ciwidey mencoba untuk mendaftar ke Unpad. Perjuangannya tentu tidak mudah. Tes Masuk (semacam SBMPTN sekarang) Unpad yang Kang Usep pilih bertempat di Institut Teknologi Bandung (ITB). Kang Usep yang berasal dari pelosok Cianjur bahkan harus menghabiskan waktu sekitar 9 jam untuk mencari-cari dimana ITB karena pada saat itu kang Usep bahkan belum pernah ke Bandung apalagi ke ITB. Beliau berangkat subuh dari rumahnya kemudian sampai di Bandung pukul 13.00. Beliau mencari-cari dimana ITB dan akhirnya baru sampai disana pukul 15.00 pada saat itu. Dengan segala perjuangannya, kini kang Usep sudah berada di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad. Yang lebih mencengangkan lagi adalah fakta bahwa Kang Usep ini adalah satu-satunya orang di kampungnya, bahkan kecamatannya yang mengenyam bangku kuliah, walaupun kini sudah ada satu orang lagi yang mengikuti jejaknya.

Kita harusnya malu dengan keadaan yang kita miliki sekarang. Mungkin kita tidak seberuntung orang lain yang hidupnya serba berkecukupan, tapi dengan segala kerendahan hati, marilah kita lihat kebawah. Ternyata masih ada orang-orang yang tidak seberuntung kita sekarang. Masih takut jadi mahasiswa Bidikmisi? Kalau mengutip perkataan Cak Lontong maka kita semua harus,"mikir!"

No comments

Powered by Blogger.