Islam dan Revolusi Mental

Kita sering mendengar kata 'revolusi mental' akhir-akhir ini. Ya, istilah tersebut merupakan program yang menjadi salah satu jargon kampanye presiden kita semua, Joko Widodo. Apa yang dimaksud dengan revolusi mental Bapak Jokowi, kita semua belum tahu pasti. Akan tetapi sebenarnya islam telah lebih dahulu menyinggung hal tersebut yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini.

source: rizkyattyullah.blogdetik.com

Revolusi dalam suatu istilah sosiologi diartikan sebagai perubahan secara cepat. Dalam hal ini berarti revolusi mental secara harfiah merupakan suatu konstruksi perubahan mental masyarakat secara cepat.

Islam dalam perkembangannya dibawa oleh para nabi, dimulai dari Nabi Adam hingga yang terakhir yaitu Nabi Muhammad Saw. Untuk menspesifikasikan pembahasan, kita akan membahas mengenai revolusi mental yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saja. 

Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama islam berlangsung selama sekitar 23 tahun. Waktu tersebut merupakan periode yang singkat mengingat beberapa perubahan yang dilakukan sungguh sangat signifikan dan pengaruhnya bahkan dirasakan hingga sekarang. Perubahan tersebut mencakup banyak aspek, dimulai dari aspek mikro seperti makan minum hingga aspek makro seperti kehidupan bernegara. 

Perubahan mendasar yang pertama adalah dalam hal aqidah. Aqidah adalah suatu kepercayaan atau keyakinan yang dimiliki oleh manusia. Zaman itu sekitar abad tujuh dan sebelumnya, masyarakat arab masih banyak yang menyembah berhala dan semacamnya. Lucunya masyarakat arab ini bukannya tidak percaya akan Allah sebagai Tuhannya, melainkan patung-patung tersebut dianggapnya sebagai suatu perantara bagaimana mereka beribadah dan menyembah Tuhannya. Patung-patung tersebut adalah replika dari orang-orang sholeh terdahulu, sehingga mereka berharap dengan mereka membangun dan memuja patung-patung tersebut, mereka akan dekat dengan Allah. Jelas hal tersebut merupakan suatu keyakinan yang salah, mereka tidak mengikuti ajaran yang benar sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah melalui para nabi dan kitabnya. Hal inilah yang akhirnya menjadi misi perubahan pertama yang dilakukan oleh Rasul. Bagaimana ajarannya memberikan pemahaman akan tauhid yaitu menuhankan satu zat dimana zat tersebut adalah Allah sebagai satu-satunya penguasa segalanya. Islam sangatlah rasional sebenarnya,  walaupun kita tidak boleh selalu mengukur sesuatu dengan rasio yang dihasilkan oleh pikiran kita, karena pikiran manusia sejatinya memiliki banyak keterbatasan. Rasionalitas tersebut ditunjukkan bagaimana manusia sebenarnya melakukan hal yang sia-sia jika menyembah patung. Bagaimana mungkin patung disembah oleh manusia sedangkan manusia sendiri yang membuatnya? Inilah yang terjadi kembali pada zaman sekarang dimana manusia tidak percaya Tuhan dan malah menuhankan teknologi yang merupakan ciptaan mereka sendiri. 

Hal kedua adalah berkenaan dengan syariat. Syariat adalah suatu aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kehidupan manusia. Bagaimana islam melalui Al Quran dan hadist memberikan panduan manusia untuk bertingkah dan berperilaku sesuai dengan hukum-hukum Allah. Hukum Islam pada zaman sekarang terkesan menakutkan bagi sebagian besar orang. Akan tetapi tentunya manusia tidak akan tahu ada apa sebenarnya dibalik hukum yang diciptakan oleh Tuhan tersebut. Di balik hukum tersebut terselip kesempurnaan. Jika pada zaman sekarang manusia selalu menggadang-gadangkan hukum positif, maka sebenarnya hukum islamlah yang lebih cocok untuk diterapkan. Kita bisa menganalogikan kehidupan manusia dengan sebuah mobil. Manusia diciptakan oleh Allah, sedangkan mobil diciptakan oleh manusia. Manusia membuat suatu hukum kepada mobil tersebut agar jika mobil tersebut rusak maka harus diganti dengan suku cadang asli dari mobil tersebut, jika tidak mobil tersebut akan rusak. Begitu pula dengan Allah. Allah juga menciptakan hukum tersebut bagi manusia demi kebaikan manusia itu sendiri melalui manual booknya yaitu Al Quran maupun hadist Nabi Saw. Nabi Muhammadlah yang merubah suatu pola pikir masyarakat pada saat itu untuk berhukum kepada syariat. Jika kita membicarakan hukum positif zaman sekarang sebagai sebuah hukum yang universal maka sebenarnya hukum islam sudah memiliki sifat tersebut. Hukum islam tidak hanya mengatur umat islam saja, akan tetapi mengatur pula umat-umat agama lain. Berbicara mengenai keadilan, keadilan menurut Tuhan adalah mutlak dan paling adil sedangkan keadilan oleh manusia bahkan masih banyak diperdebatkan, seperti apa yang dikonsepsikan Rawls bahkan dibantah oleh Nozick dan lain-lain. Bahkan seorang ahli hukum seperti van Apeldoorn pun mengakui bahwa keadilan menurut manusia itu bisa berubah sesuai dengan tempat dan waktu. Itulah mengapa kita harus mengakui bahwa karya Allah jauh lebih baik dari apa yang dikonsepsikan oleh manusia.

Terakhir adalah membentuk akhlak atau pribadi yang baik. Pada saat itu masyarakat arab keadaannya sungguh tragis. Tragis disini bukan karena mereka kekurangan kebutuhan hidup secara fisik,  melainkan keadaan akhlak masyarakat yang buruk. Maka, pada saat itu keadaan tersebut disebut sebagai keadaan atau zaman yang jahiliyah. Kondisi sosial masyarakatnya menghendaki kelas, dimana kelas bangsawan selalu diutamakan. Wanita diperlakukan tidak sebagaimana mestinya, istri sendiri dalam suatu rumah tangga bahkan kadang diperlakukan seperti pelacur dimana mereka disuruh oleh suaminya sendiri untuk berkumpul dengan lelaki lain. Hal inilah kemudian dirubah oleh islam melalui Nabi Muhammad dengan berdakwah. Ajaran-ajaran tersebut berubah menjadi menghilangkan kelas masyarakat dimana islam mengajarkan bahwa manusia yang paling tinggi derajatnya adalah yang bertaqwa kepada Allah. Dalam pada itu kedudukan manusia semuanya sama kecuali tingkat ketaqwaannya. Ajaran ini tentunya merupakan suatu kesempurnaan karya Allah yang bahkan tidak terpikirkan oleh manusia seperti Karl Marx yang ingin menciptakan masyarakat tanpa kelas. Marx hanya berfikir duniawi, dimana manusia selalu diukur kedudukanya dengan tingkat kepemilikan barang dunia. Karya Allah tentang persamaan manusia/kesetaraan (equality) juga bahkan mendahului para pemikir liberalisme yang selalu mendengung-dengungkan kesetaraan manusia.

Begitulah kira-kira revolusi mental yang dibicarakan oleh islam sejak abad ke tujuh. Semoga presiden kita bisa mengikuti apa yang Rasulullah contohkan. Wallahu a'lam.

Inspirasi:
Khutbah Jumat Masjid Raya Universitas Padjadjaran tanggal 19 Desember 2014

No comments

Powered by Blogger.