E-Book Review: World War One, A Very Peculiar History (Jim Pipe)


Judul:  World War One, A Very Peculiar History
Penulis: Jim Pipe
Bahasa: Inggris
Publisher: Salariya Book Company Ltd
Halaman: 187 




Very Impressive. Begitulah kesan pertama saya setelah selesai membaca halaman terakhir tulisan Jim Pipe. Perang, seperti kebanyakan orang merupakan hal yang mengerikan untuk dilihat, didengar dan dilakukan. Jangankan perang setingkat negara, konflik antar dua orang yang berselisih saja bisa menimbulkan kebinasaan bagi keduanya. Oleh karena itu perang sebagai sebuah implementasi nyata konflik sebisa mungkin harus dihindari.

Sayangnya, semua gambaran mengerikan mengenai perang tiba-tiba diubah dalam buku ini menjadi sebuah cerita ringan nan unik. Dengan penuturannya yang khas, Jim Pipe menjadikan perang seperti cerita anak-anak. Padahal Perang Dunia Satu bukanlah perang yang main-main. Perang yang melibatkan dua kekuatan besar ini berlangsung sekaligus di tiga benua: Eropa, Afrika dan Asia. Dengan 28 negara yang terlibat menjadikan perang ini memiliki beberapa sebutan lain seperti The Great War, Total War, The War of the Nations atau The War to End All Wars (walaupun pada kenyataanya 20 tahun kemudian terjadi Perang Dunia Kedua yang empat kali lebih dasyat).

Sebab-sebab terjadinya Perang Dunia Pertama seperti judul buku ini, it’s very peculiar (sangat aneh). Selama beberapa tahun belakangan negara-negara di Kawasan Eropa bekerja sama dengan baik, Mereka membentuk International Red Cross (Palang Merah Internasional) tahun 1863 dan International Postal Union tahun 1875. Sayangnya, selama tahun 1890 hingga 1914 negara-negara di Eropa bermain geng-gengan. Jerman, Austro-Hungaria dan Turki membentuk Geng yang biasa  disebut Central Power, di sisi lain Perancis, Rusia dan Inggris bersatu, orang-orang menyebutnya Geng Allies.

Keadaan geng-gengan ini menjadikan negara anggota tiap geng memperkuat posisi militernya masing-masing (dalam studi Hubungan Internasional -HI- biasanya disebut arms race). Hal ini dilakukan supaya geng mereka menjadi lebih kuat dari geng lain. Walaupun begitu, keadaan ini malah dianggap orang-orang sebagai pencegah agar perang tidak pecah. Dalam bahasa HI disebut sebagai balance of power (keadaan dimana terdapat keseimbangan kekuatan sehingga negara-negara tersebut tidak akan menyerang satu sama lain). Kendatipun demikian, seantero Eropa malah saling curiga satu sama lain. Di Inggris, terdapat mata-mata Jerman dimana-mana. Sedangkan di Perancis, para Jenderal melakukan hitung-hitungan matematika. Mereka paranoid terhadap perbandingan populasi Jerman berjumlah 60 juta melawan Perancis yang hanya 40 juta. Apakah arti semua itu? Mereka menganggap bahwa menunda perang bagi Perancis akan lebih buruk akibatnya daripada menabuh genderang perang secepatnya. Hal tersebut diasumsikan dari pertumbuhan penduduk masing-masing negara yang tentunya akan berlipat ganda tiap tahunnya. Dalam hal itu, semakin Perancis menunda perang terhadap Jerman, semakin Perancis dirugikan karena Jerman akan menang jumlah yang lebih banyak. Setiap negara punya kekhawatiran hampir sama seperti demikian, sehingga penyebab perang bisa dianggap hanya karena paranoid negara-negara tersebut yang berlebihan.

Bahkan, di musim dingin 1912 kepala tentara Jerman Helmuth von Moltke mengatakan ‘Saya kira perang sudah tidak dapat dihindarkan – dan semakin cepat semakin baik.’  Dengan kata lain negara-negara di kedua geng tadi sudah ngebet menginginkan perang segera terjadi. Hanya tinggal menunggu waktu perang tersebut pecah. Kebetulan sekali pada 26 Juni 1914 pembunuhan Pangeran Austria, archduke Franz Ferdinand oleh organisasi Black Hand yang terafiliasi dengan pemerintah Serbia –yang juga  terafiliasi dengan Allies– sudah cukup menjadi genderang tanda dimulainya perang tersebut.

Perang berlangsung cukup lama, dari tahun 1914 hingga tahun 1918. Perang diawali dari Austro-Hungaria yang mengumumkan perang kepada Serbia karena tuduhan pembunuhan Pangeran Franz. Jikalau saja mereka tidak bermain geng-gengan tentu saja perang tersebut tidak akan sebesar yang terjadi kemudian. Serbia akhirnya meminta bantuan ke Rusia.Tidak mau kalah, Austro-Hungaria juga meminta bantuan ke big brother Jerman. Jerman yang senang mendapatkan tawaran tersebut, akhirnya menabuh genderang perang ke Rusia juga. Ketika Perancis yang saat itu ikut-ikutan memobilisasi tentara untuk membantu Rusia, Jerman pun mendeklarasikan perang kemudian terhadap Perancis. Jerman memiliki rencana untuk memukul habis Perancis terlebih dahulu sebelum mereka berangkat ke medan perang. Berterimakasihlah kepada letak geografis Belgia (sekutu Inggris) yang memotong Jerman dan Perancis, terpaksa Jerman harus melewatinya dengan berharap Inggris tidak ikut-ikutan perang. Naas, harapan Jerman pupus, 4 Agustus 1914 Inggris ikut turun ke medan perang.

The Battle of Somme salah satu perang
di Front Barat.
Di dataran Eropa, Perang Dunia Pertama terbagi menjadi dua front, Barat dan Timur (Jerman) yang menjadi titik berat pengisahan dalam buku ini. Selain itu, perang tersebar di bebapa wilayah lain di dunia seperti Timur Jauh (China, Jepang), Atlantik Utara, Afrika, Asia Tengah dan Timur Tengah. Hal tersebut diakibatkan dari ekspedisi negara-negara eropa tersebut yang kemudian memiliki jaringan luas terhadap wilayah-wilayah tadi, misalnya jajahan atau pangkalan militer. Di Timur Tengah, Kerajaan Turki Ustmani ikut perang di sisi Jerman, November 1914 (lucunya, di Turki hanya 5 orang yang tahu tentang hal ini). Sayangnya, sebelum sampai Eropa, Pasukan Ustmani dihadang di Terusan Suez dimana mereka menempuh jalur perjalanan.

Dalam tempo peperangan berlangsung terjadi banyak kejadian penting. Di Rusia, Tsar Nicholas II turun takhta. Tak lama setelahnya Vladimir Lenin mendeklarasikan sebagai pemimpin baru Rusia yang menandakan berakhirnya Kerajaan Rusia serta mengeluarkan Rusia dari peperangan tahun 1917. Di Timur Tengah, beberapa wilayah Arab membelot melawan Turki dan merapat ke pihak Inggris-Perancis. Mereka dijanjikan kemerdekaan dari Turki, namun Inggris-Perancis berkhianat dan menjadikan wilayah tersebut kekuasaan mereka yang dibagi dua. Woodrow Wilson, Presiden Amerika yang bersikeras agar tidak ikut peperangan akhirnya harus mengangkat senjata mereka ke wilayah Eropa. Hal tersebut dikarenakan U-boat (Kapal Selam Jerman) menyerang kapal sipil Amerika dan Jerman secara diam-diam berencana untuk menyerang Mexico. Selain itu, di peperangan beredar rumor terkenal mengenai  Prajurit Inggris bernama Henry Tandey. Siapakah dia? Dia adalah seorang pemenang Victoria Cross (penghargaan bergengsi tentara) yang suatu waktu di medan pertempuran memiliki kesempatan untuk menembak mati seorang tentara Jerman. Sayangnya dia membiarkan tentara itu pergi, karena dia tidak ingin menembak tentara yang terluka. Ternyata, rumor beredar bahwa tentara yang nyaris ditembak mati tersebut adalah Adolf Hitler.Bayangkan jika Hitler dibunuh saat itu juga, mungkin sejarah akan berubah.

Titik cerah tanda perang akan diakhiri terjadi ketika pasukan Amerika ikut terlibat ke peperangan. Peperangan yang terpusat di Front Barat sedikit demi sedikit memberikan pukulan bagi Jerman untuk mundur secara teratur. Karena Jerman tidak ingin mengambil resiko, akhirnya mereka ingin melakukan gencatan senjata yang kemudian berakhir pada Perjanjian Damai (yang juga menjadikan keadaan tidak damai kembali 20 tahun kemudian) Versailess. Gencatan senjata terimplementasikan secara keseluruhan pada pukul 11 malam, tanggal 11 dan bulan 11 tahun 1918, kebetulan saja semua itu membentuk pola yang bagus. Walaupun begitu sebenarnya gencatan senjata telah disetujui pada pukul 5 sore harinya, namun karena perlu waktu untuk menyampaikannya ke masing-masing front-line, akhirnya baru bisa terimplementasi enam jam kemudian.

Beberapa alasan mengapa Allies (sekutu) bisa memenangkan peperangan:
1.   Mereka bekerja sebagai tim yang efektif, membagi kekuatan satu sama lain. Sedangkan pihak Central Power hanya mengandalkan Jerman sebagai kekuatan.
2.     Ketika keadaan memburuk di kedua belah pihak, Amerika datang sebagai penyelamat. Dengan bantuan dana dan pasukan, keadaan menjadi berubah membuat Jerman terpojok.
3.    Dalam tahun-tahun terakhir perang, kekuatan industri perang Sekutu memberikan kontribusi jauh lebih banyak ketimbang Jerman.
4.       Sekutu menang perang karena senjata besar mereka.
5.       Tahun terakhir perang mereka mendominasi perang udara.

Walaupun gencatan senjata telah dilaksanakan pada November 1918, namun perjanjian resmi Versailles baru bisa dibentuk pada 28 Juni 1919. Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson juga membuat pidato terkenal yang dikenal sebagai 14 Point of Speech. Pidato ini juga termasuk pendirian Liga Bangsa-Bangsa supaya Eropa dan dunia tidak jatuh ke perang semacam itu lagi. Akan tetapi Inggris dan Perancis tidak sepaham dengan Amerika. Mereka diliputi perasaan balas dendam terhadap Jerman. Di negara mereka terdapat desakan semacam “Gantung Kaisar (Jerman)” dan “Peras Jerman sampai berdecit” (agak sulit menjelaskan kata Pips Squeak) .Perasaan tersebut yang akhirnya dilampiaskan terhadap perjanjian Versailles. Perjanjian tersebut seakan-akan menjadikan Jerman sebagai pihak paling bersalah dalam perang tersebut dengan membebankan ganti rugi reparasi perang sebesar £ 6.600.000.000[1].

Keadaan ini menjadikan para tentara Jerman geram. Bagaimana mungkin mereka berperang mati-matian di garis depan selama 4 tahun kemudian hanya dikalahkan oleh perjanjian yang tidak berimbang? Mereka tidak merasa kalah dalam perang, tapi ditikam oleh politisi dalam negeri ketika pulang dari perang.
Jerman akhirnya mengatasi permasalahan ekonomi dengan cara mencetak uang-uang baru. Namun hal tersebut menimbulkan inflasi di masyarakat. Untuk membeli 2 lapis roti saja dibutuhkan segerobak uang kertas. Hal tersebut adalah dampak perjanjian Versailles yang menurut beberapa kalangan sangat tidak adil dan  memberatkan Jerman. Akhirnya keadaan Jerman yang carut marut di dalam negeri membuat sosok Hitler bergerak hingga partai Nazinya kembali menimbulkan peperang 20 tahun kemudian yaitu Perang Dunia Kedua.

Fakta-fakta menarik dalam buku ini dikisahkan dalam bentuk informasi singkat. Bagaimana kehidupan tentara di parit-parit perlindungan (trench), makhluk apa saja yang ada di parit tersebut, sebutan-sebutan slang untuk senjata-senjata perang, lagu-lagu tentara, cara membuat makanan bekal tentara, daftar film yang menceritakan perang tersebut dan sebagainya disajikan sebagai tambahan informasi yang membuat buku ini kian menarik. Sayangnya Jim Pipe dalam bukunya tidak menyertakan sumber-sumber darimana dia mendapatkan fakta-fakta tersebut. Sehingga kita sulit menilai dan menelusuri keabsahan data-data dalam buku.

E-Book bisa di dapatkan secara gratis dengan menghubungi saya di Contact. Selamat membaca!


[1] Setara kira-kira US$380 miliar dan biaya tersebut baru bisa dibayar lunas 3 Oktober 2010, sekitar 92 tahun setelah perang berakhir.

No comments

Powered by Blogger.