Halo Malang!



Aroma Bakso Malang sudah tercium sejak saya memasuki Stasiun Malang hari Jumat (13/11/2015) kemarin. Setelah melalui perjalanan selama sekitar 15 jam dari Bandung, akhirnya saya sampai juga ke Kota Malang, Jawa Timur. Kunjungan ini sekaligus menjadi kunjungan pertama saya menginjakan kaki di Provinsi Jawa Timur, yeay.

Yeay Stasiun Malang
Perjalanan saya ke Malang ini saya lakoni dalam rangka mengikuti lomba debat nasional yang diadakan di Universitas Brawijaya (UNBRAW). Alhamdulillah, setelah melalui tahap seleksi essay, tim saya lolos ke tahap preliminasi dan harus melaksanakan debat di UNBRAW langsung. Sebenarnya saya ikut lomba debat ini karena iseng diajak oleh teman dari Jurusan Kesejahteraan Sosial, yaitu Bang Kiagus Ahmad Rifqi.

Harusnya ketika sampai Malang, kami langsung dijamu panitia di penginapan khusus peserta. Namun karena panitia menerapkan perubahan ketetapan, akhirnya kami baru mulai bisa check in penginapan pada hari Sabtu esoknya. Sebenarnya panitia telah memberitahu ketetapan ini pada hari Kamis (12/11/2015), tapi berhubung tiket kereta sudah dibeli jadi mau tidak mau kami se-tim harus tetap berangkat dan mencari solusi lain untuk menginap. Solusi tersebut ternyata datang dari Mutiara, yang merupakan rekan tim saya yang lain, yang kemudian sebelumnya telah menghubungi Forum Komunikasi Kesejahteraan Sosial Seluruh Indonesia. Muti akhirnya mendapatkan tumpangan penginapan untuk kami semua di indekos milik mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Bersama teman-teman Kesejahteraan Sosial UMM di Warung Susu, dekat UMM
Setelah sampai di stasiun kami semua bertemu dengan Mbak Andini yang merupakan Ketua Himpunan Mahasiswa Kesejahteraan Sosial UMM. Alhamdulillah, Mbak Andini dan kawan-kawan mau menampung kami semua selama satu hari di Malang. Dia dan teman-temannya juga siap untuk mengawal kami selama di Malang, walaupun pada saat itu mereka sedang sibuk dengan kegiatan jurusan di kampus. Saya dan Bang Kiagus menginap di indekos M Dwi Oky dan Adhan, sedangkan Muti menginap di indekos Mbak Andini. Penerimaan mereka sangat baik. Padahal saya sendiri adalah mahasiswa Hubungan Internasional yang notabene tidak memiliki hubungan gemeinscaft dengan mereka.Pertemuan dengan mereka hanya sehari. Esoknya, saya dan tim diantar oleh Mbak Andini dkk ke UNBRAW untuk melaksanakan lomba. Kendati demikian saya berharap dapat bertemu lagi dan main-main dengan mereka.
Sowan ke kandang lawan
Memasuki gerbang UNBRAW, saya seperti sedang melihat rumah orang (red. kampus orang). Saya sadar saya sedang memasuki wilayah lawan. Setelah sampai di Rektorat UNBRAW yang berdiri tegak setinggi sekitar 30 meter, saya dan tim akhirnya masuk dan melakukan registrasi. Sebenarnya saya datang terlambat karena harus mencetak bahan-bahan yang kiranya akan digunakan untuk debat. Ketika masuk ruangan, sudah terdapat banyak mahasiswa yang mengenakan jas almamater masing-masing. Saat itu sedang berlangsung pertemuan teknis untuk menyamakan persepsi pertandingan. Bagi saya yang baru pertama kali mengikuti lomba semacam ini, adalah tabu bagi saya untuk menanyakan hal-hal yang substansial. Pasalnya juri tidak segan-segan menjawabnya dengan sinis sehingga saya lebih memilih diam dan membiarkan yang lain bertanya. Malahan sebelum debat dimulai, perdebatan telah terjadi di pertemuan teknis antara peserta dengan juri yang saling ngotot mempertahankan persepsi tentang poin suatu ketentuan. Maklum, orang-orang debat, batin saya.
Tim saya dari kiri ke kanan: Saya, Mutiara Mardina, Kiagus Ahmad Rifqi
Di dalam ruangan saya dapati tim dari kampus saya, Universitas Padjadjaran (UNPAD) ada sebanyak tujuh tim. Saya kaget bukan kepalang karena banyak teman-teman dari UNPAD terutama dari FISIP ikut dalam kompetisi debat ini. Beberapa diantaranya adalah pendebat senior seperti Kang Nurkholidin dan pendebat fenomenal seperti Bang Nanda Hariadi.

Babak preliminasi terdiri dari tiga pertandingan dan nantinya akan diambil 16 besar. Akan tetapi realisasi dari juri, yang ditetapkan lolos dari babak preliminasi hanya 12 besar. Kami cukup kecewa karena peluang masuk semakin kecil. Dari tiga pertandingan babak preliminasi kami hanya memenangkan satu pertandingan melawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sisanya kalah masing-masing melawan Universitas 17 Agustus Surabaya dan Universitas Gadjah Mada. Jelas saja kami tidak lolos masuk ke tahap selanjutnya.

Hari itu masih hari Minggu sedangkan tiket kereta pulang dijadwalkan hari Senin. Kami satu tim akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan daripada memikirkan kekalahan yang tak kunjung hilang dari pikiran. Sejenak saya ingin kembali ke teman-teman Kesejahteraan Sosial UMM, namun karena saya pikir mereka sibuk, niat itu saya urungkan. Pilihan jalan-jalan kemudian jatuh ke Malang Town Square (Maltos). Tadinya kami berencana pergi ke Batu Malang, Jatim Park atau Museum Angkut. Namun karena krisis keuangan dan waktu, niat itu kembali kami urungkan dan meratapi nasib di Maltos.

Esoknya, kami mendengar kabar Kang Nurkholidin dan timnya lolos semifinal. Karena Kang Nurkholidin yang merupakan pendebat senior lolos semi final, kami teman-teman se-UNPAD memutuskan untuk mengawal pertandingan dan mendukung Kang Nurkholidin dan tim. Pada akhirnya mereka juara 2, alhamdulillah.
Walaupun kalah, ada hal-hal yang saya mungkin tidak saya dapatkan kalau saya tidak berangkat ke Malang kemarin, diantaranya:
  1. Teman Baru, misalnya Mbak Andini, Oky, Adhan, Mas Iqbal dan Mas Nas dari UMM. Selain itu teman-teman debat biasanya membentuk suatu komunitas setelah mereka bertemu dalam suatu kompetisi.
  2. Pengalaman Baru, saya belum pernah menginjakan kaki ke Jawa Timur sebelumnya, apalagi ke UNBRAWnya.
  3. Liburan, jujur saja saya terlalu sering pulang balik kampus, rapat dan mengerjakan tugas saja di Jatinangor tanpa melakukan liburan.
Hari Senin (16/11/2015) pukul 4.00 WITA saya pulang ke Jatinangor menggunakan Kereta Malabar. Saya tidak sempat beli oleh-oleh untuk dibawa pulang karena mengejar jadwal kereta. Kendati demikian semoga teman-teman tidak menagih, toh saya berangkat ke Malang juga diam-diam, hehe. Saya sadar bahwa ketika saya pulang tugas pasti sudah rajin mengantri untuk dikerjakan. Oleh karenanya saya mencoba membaca-baca di Kereta walaupun tidak fokus. Lumayan kan supaya dikira mahasiswa beneran, wkwk pencitraan.

Kebetulan berita terbaru mengabarkan bahwa terdapat serangan bom di Paris yang diklaim oleh Islamic State Iraq and Syria (ISIS) pada hari yang bersamaan ketika saya tiba di Malang. Berita itu baru sampai ke tablet saya sejak hari Minggu. Kebetulan sekali tugas Pengantar Hubungan Internasional 2 saya berkaitan dengan kejadian di Paris tersebut. Akhirnya dengan modal waktu 3 jam, tugas empat halaman folio essay tulis tangan bisa dikerjakan dengan baik.

Sampai jumpa lagi Malang. Terima kasih mahasiswa Kesejahteraan Sosial UMM, salam dari saya mahasiswa Hubungan Internasional UNPAD!

2 comments:

  1. iseng-iseng lagi search nama sendiri di google, salah satunya keluar blog ini. Terimakasih agaton :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Kang!

      Disclaimer: Foto saya bersama prasasti Universitas Brawijaya di atas adalah foto yang diambil oleh Kang Nurkholidin.

      Delete

Powered by Blogger.