Minggu Hectic

Pasti kalian pernah menghadapi minggu-minggu hectic dalam kuliah dimana tugas-tugas mulai ramai mengantri dalam daftar tugas. Terkadang ketika satu tugas sudah kita checklist, tugas-tugas tersebut bukannya berkurang, melainkan malah beranak-pinak seperti anak kucing. Di saat-saat seperti itulah kalian sedang berada dalam kondisi menghadapi dosen-dosen yang 'murah hati', Murah hati dalam memberikan tugas tentunya. Well, suka tidak suka, tugas tetap harus kalian kerjakan dan menjadi amanah kalian sebagai mahasiswa. Kendati demikian tugas tersebut sebenarnya baik untuk kita, terutama untuk menambah berat badan pengetahuan kita.

Dalam kondisi tugas-tugas menumpuk, kalian pasti pernah mengalami stres, pusing, pening, penat, lesu, lelah, lunglai, diare, muntah-muntah dan kejang-kejang (semoga yang ini tidak terjadi). Termasuk saya yang lesu ketika mengerjakan tugas. Setelah diselidiki, ternyata saya belum makan sejak pagi, pantas saja saya lesu.

Kendati tugas-tugas menumpuk, alhamdulillah semuanya dapat terselesaikan. Ini berkat bantuan dari Allah Swt yang melimpahkan inspirasi dan menggerakkan tangan-tangan saya untuk mengerjakan tugas tersebut. Hal tersebut terbukti dalam kejadian pengerjaan tugas pengganti UTS mata kuliah Politik Dunia 1 yang diampu oleh Teh Ali. Saya berhasil menyelesaikan tugas tersebut pada saat mata kuliah beliau akan dimulai. Huff.

Tugas-tugas yang menjamur seperti itu memang biasa diberikan dosen-dosen HI saat UTS akan berlangsung. Ya, kalian tidak salah baca, SAAT UTS AKAN BERLANGSUNG (diulang supaya horor). Maksudnya, pemberian tugas tersebut dilakukan saat minggu sebelum minggu UTS berlangsung. Di saat seperti itu dilema terjadi, apa yang harus diprioritaskan, belajar UTS atau mengerjakan tugas? Biasanya mahasiswa tidak ingin kehilangan nilai tugas sehingga tugaslah yang diprioritaskan. Bagaimana dengan UTS? Biasanya karena kelelahan setelah mengerjakan tugas, mahasiswa hanya belajar satu jam di kelas sebelum UTS dilaksanakan. Ya, begituah kenyataannya.

Saya pernah mendengar ada kampus lain yang menerapkan minggu tenang -yang sebenarnya tidaklah tenang- ketika akan UTS atau UAS. Di kampus kami terutama di jurusan HI tidak ada yang seperti itu. Kami melakukan UTS dan UAS seperti biasa, bahkan tanpa perlu menggunakan kartu ujian seperti kampus-kampus lain. Memang di satu sisi, kelebihan dari tidak adanya minggu tenang adalah mahasiswa mendapat hari libur lebih banyak di akhir semester. Namun di sisi yang lain mahasiswa tidak punya banyak waktu untuk belajar memahami materi yang jumlahnya tidak sedikit.

Susana menunggu dipanggil ujian lisan HPI
Pada UTS kali ini, tidak adanya minggu tenang, alhamdulillah, tidak berpengaruh  apa-apa dan masih bisa membuat saya survive. Pada mata kuliah HPI (Hukum Perdata Internasional), UTS kami berbentuk ujian lisan. Satu kloter berisi tiga orang yang dipanggil masuk ke kelas oleh Pak Has*n sebagai pengampu mata kuliah tersebut. Setelah menghafal materi selama satu minggu SEPULUH MENIT, akhirnya saya beserta dua orang lain dipanggil ke kelas untuk diuji materi yang sudah diajarkan.

Pak Has*n: "Bagaimana contoh titik taut primer dalam kasus Bendera Kapal? Kamu!" (menunjuk teman saya Wakiah).
Wakiah: (bla bla bla bla, jawaban tidak sesuai harapan).
Pak Has*n: (geleng-geleng kepala) "Kamu!" (menunjuk teman saya Sarah).
Sarah: (bla bla bla bla, jawaban kembali tidak sesuai harapan).
Pak Has*n: (kembali geleng-geleng kepala) "Kamu!" (menunjuk saya).
Saya: "Saya menikah di kapal berbendera Inggris..."
Pak Has*n: "Nah..."
Saya: Alhamdulillah sesuai harapan. "...Saya menikah di kapal berbendara Inggris..."
Pak Has*n: "Tunggu dulu, menikah dengan siapa?"
Saya: (tergagap) "Anu Pak, belum ada rencana dengan siapa-siapanya."
Pak Has*n: "Dengan siapa?" (memaksa sambil menunjuk-nunjuk muka saya).
Saya: "Saya belum ada calon, Pak."
Pak Has*n: "Kan misalnya."
Saya: "Oh misal..." (saya manggut-manggut sambil berfikir sejenak).
Pak Has*n: "Ayo dengan siapa?"

Akhirnya saya menjawab random saya sedang menikahi seorang wanita berinisial tertentu. Dengan adanya pernikahan saya di kapal Inggris, maka hukum pernikahan yang dipakai adalah hukum Inggris. Setelah menjawab beberapa pertanyaan selanjutnya, akhirnya saya lulus UTS tersebut, yeay. Sayangnya, setelah keluar ruang ujian saya masih shock mengingat ketika Bapak tiba-tiba menanyakan menikah dengan siapa. Padahal hanya contoh.

Tim sepakbola HI angkatan 2014
Setelah UTS, refreshing pun hadir juga. Ada jadwal pertandingan Pekan Olahraga Antar Angkatan (Porang) HI cabang sepak bola pada hari Minggu (10/4) kemarin. Dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti ini, saya bersyukur dapat melupakan kepusingan-kepusingan UTS sejenak. Kendati begitu, setelah itu, saya perlu on fire kembali menghadapi tugas-tugas lainnya yang akan memenuhi daftar tugas kembali.

2 comments:

  1. Halo, saya murid kelas 12 jurusan IPS dan berminat masuk jurusan hubungan internasional dengan peminantan defence. boleh tanya tentang HI UNPAD? makasih sebelumnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Monggo Rafifah, ini sebagai gambaran saja:

      Kalau mau peminatan defence ya nanti ngambil mata kuliah pilihannya keamanan nasional. Sebagai peringatan, HI Unpad itu lebih fokus ke teori, jadi jangan kaget kalau nanti praktikumnya kebanyakan di kelas terus. Meski begitu lulusan HI Unpad saat ini paling banyak mendominasi di Kemlu dibanding Univ lain.

      Delete

Powered by Blogger.