Sejarah Bosnia pada Perang Dunia II hingga Traktat Roma 1958

1918[1]
Ketika Perang Dunia I berakhir, pada 1 Desember 1918 Kerajaan Serbia, Kroasia dan Slovenia terbentuk. Kerajaan Serbia menggabungkan provinsi-provinsi bekas kerajaan Austro-Hungaria yaitu Slovenia, Kroasia-Slavonia, Dalmatia, Bosnia dan Herzegovina termasuk Macedonia, Vojvodina dan Kosovo serta Montenegro.

1929
Pada Oktober 1929 gabungan wilayah-wilayah tadi di bawah kepemimpinan Raja dari Serbia, King Alexander mengubah nama kerajaannya menjadi Yugoslavia (Kerajaan dari Selatan Slavia). Yugoslavia terdiri dari 16 juta penduduk terdiri dari 6,5 juta Serb; 3,75 juta Kroats; 1,5 juta Slovenian; 0,9 juta Macedonian; 0,8 juta Albanian; 0,8 juta Muslim; 0,4 juta Hungari; 0,25 juta Jerman; 0,4 juta Montenegrin; dan sisanya sekitar 0,4 juta gabungan dari Cheknyan, Slovaks, Rumanian, Yahudi dan Gipsi. [2] Keadaan geoetnik inilah yang membuat konflik antar etnik di Yugoslavia tidak terelakan.

Raja Alexander membuat taktik baru untuk meredam konflik tersebut dengan cara menggambar ulang wilayah administrasi kerajaan. Wilayah kerajaan dibagi menjadi sembilan wilayah administratif yang diberi nama banovina. Pemimpin setiap banovina dinamai ban. Bekas wilayah Bosnia dan Herzegovina juga dibagi menjadi empat banovina yaitu Drina, Primorska, Vrbas, dan Zeta.

1934
Pada Oktober 1934, Raja Alexander dibunuh ketika sedang dalam kunjungan ke Marseilles, Perancis. Pembunuhnya ialah orang Ustasa (red. Pemberontak) dari Kroasia bernama Petrus Kalemen yang berafiliasi dengan fasis Italia di bawah Benito Mussolini dan Jerman di bawah Hitler. Selain pembunuhan ini dikarenakan oleh tangan besi Raja Alexander yang tidak membolehkan organisasi berbasis etnisitas dan religik, pembunuhan ini juga ditengarai oleh tujuan Ustasa itu sendiri untuk membubarkan Yugoslavia dan membentuk negara baru bernama Kroasia.

Raja Alexander sudah menuliskan bahwa ketika dia meninggal, maka takhta akan jatuh ke tangan anaknya, Peter. Sayangnya saat Raja Alexander meninggal, usia Peter baru 11 tahun sehingga pemerintah dipimpin sementara oleh tiga orang. Dari tiga orang tersebut, Prince Pavle, sepupu Raja Alexander menahkodai kepemimpinan.

Prince Pavle akhirnya mengurangi sifat tangan besi yang diterapkan oleh pemimpin sebelumnya. Yugoslavia berubah ke arah demokrasi. Pavle membebaskan Vlatko Macek yang merupakan tahanan politik pada masa Raja Alexander. Macek menggantikan Stjepan Radic adalah pemimpin Partai Petani Kroasia pada akhir 1920an yang didakwa melakukan terorisme saat itu. Hal inilah kemudian yang menimbulkan kemarahan orang-orang Kroasia yang kemudian ingin memisahkan diri. Namun setelah Macek dibebaskan, orang Kroasia mulai percaya kembali kepada pemerintah dibawah Prince Pavle.

1935
Bulan Juni 1935, Pavle memilih orang Serbia, Milan Stojadinovic sebagai Perdana Menteri. Untuk mendapatkan dukungan dari etnis muslim, Stojadinovic mengangkat Mehmet Spaho menjadi Menteri Transportasi.

1939
Stojadinovic mulai kehilangan popularitas tahun ini. Kebijakan utamanya ialah mengembangkan Kerajaan Yugoslavia yang demokratis. Namun bersamaan dengan itu, Stojadinovic juga membangun relasi dengan Jerman dan Italia. Karena hal itu, Prince Pavle menggantikannya pada Februari 1939 dengan Perdana Menteri baru bernama Dragisa Cvetkovic.

Tidak jauh berbeda dengan Stojadinovic, Cvetkovic juga malah semakin dekat dengan Jerman karena Jerman memiliki investasi kuat di Yugoslavia.

1940
Jerman melakukan konsesi paksa terhadap beberapa wilayah Hungaria, Bulgaria dan Romania. Hanya wilayah Yugoslavialah yang belum di habisi di wilayah Balkan tersebut.

1941
27 Maret 1941 anggota dari militer Yugoslavia melakukan revolusi menurunkan Cvetkovic dan menggantikannya dengan suksesor legal-historis Yugoslavia yang sebenarnya yaitu anak Raja Alexander, Peter II. Peter II sudah berusia 17 tahun pada saat itu dan cukup balig untuk memimpin sebuah kerajaan. Orang-orang Belgrade berpesta pora karena raja mereka yang baru tidak akan lagi berteman dengan Hitler atau sejenisnya. Hitler berang.
Ditengah kecamuknya Perang Dunia Kedua, Jerman yang beraliansi dengan Italia mencoba menghadang Pasukan Inggris supaya tidak mengancam kedudukan pasukan Italia yang sedang berada di Albania. Pada akhirnya Hitler memerintahkan pasukannya untuk menginvasi Yugoslavia –yang sudah tidak kooperatif lagi semenjak terjadi suksesi pemerintahan ke Peter II–dan Yunani yang dikenal dengan Operasi Marita 27 Maret 1941. Sekitar 10 hari memimpin, Peter II dipusingkan pada 6 April 1941 oleh bom yang dijatuhkan oleh Jerman tepat di Belgrade.
Tiga hari pertama, serangan udara Jerman telah membunuh sekitar 20.000 orang Yugoslavia. Kemudian setelah itu Jerman melakukan serangan darat dari wilayah konsesi paksa tadi, Bulgaria dan Romania. Karena alasan keamanan, Raja Peter II dievakuasi ke London pada 17 April 1941. [3] Sumber lain menyatakan Raja Peter kemudian berada di Mesir. Hanya 11 hari operasi militer dilancarkan terhadap Yugoslavia, akhirnya Yugoslavia menyerah.

Jerman kemudian menguasai beberapa wilayah Yugoslavia. Wilayah Yugoslavia tersebut beberapa diberikan kepada teman Italia. Wilayah yang belum dikuasai seperti Kroasia-Slavonia, Dalmatia, Bosnia dan Herzegovina akhirnya membentuk negara merdeka baru yang dinamai Negara Merdeka Kroasia. Sayangnya negara merdeka ini ternyata ialah negara boneka Jerman yang dipimpin oleh Ante Pavelic. Pavelic adalah petinggi Ustasa, Kroasia yang sebelumnya ingin mengakhiri Yugoslavia dan memerdekaan diri. Pavelic juga digadang-gadang sebagai otak pembunuhan Raja Alexander tujuh tahun silam.

Musuh dari Ustasa ini ialah para etnis Yahudi, Serb dan Rumanian. Mereka dikirim ke kamp konsentrasi untuk dibunuh. Sekian lama tertindas, orang-orang Serbia membentuk sebuah pergerakan yang dinamai Chetniks. Nama itu berasal dari pasukan perlawanan pada era Turki Ustmani dahulu. Chetniks ini dipimpin oleh Kolonel Dragoljub ‘Draza’ Mihailovic. Raja Peter II di pengasingan mengakui pergerakan atau pasukan atau detasemen Chetniks ini sebagai Pasukan Tanah Air Yugoslavia dengan 72.000 kombatan aktif. Chetnik berada di pihak Raja Peter, pro-sekutu dan anti-komunis.


Figure 1 Peta Yugoslavia tahun 1941-1945 [4]

Kelompok pergerakan lain yang terbentuk ialah Partisan. Kelompok Partisan ini dibentuk dan dipimpin oleh seorang karismatik bernama Josip Broz. Dia menamai dirinya sendiri sebagai julukan atau kode panggilan dengan nama ‘Tito’. Ideologi dari kelompok ini sesuai dengan mottonya yaitu “Matilah Fasisme; Kebebasan bagi semua orang.” Namun, meskipun Partisan fasis, ia juga berhaluan komunis.

Pada saat munculnya Partisan yang komunis, Chetnik yang tadinya berusaha untuk membebaskan Yugoslavia dari fasis malah bekerja sama dengan Italia dan Jerman untuk memerangi Partisan.

1942
Pada tahun ini, Partisan mengubah namanya menjadi Yugoslav National Liberation Army (YNLA). Kini YNLA adalah adalah satu-satunya organisasi yang melawan fasisme di Yugoslavia karena Chetniks sudah tidak murni lagi memerangi fasisme. Perang sipil ditambah pergerakan memerangi fasisme membuat Yugoslavia semakin berdarah.

Pembantaian Jerman cukup parah di Yugoslavia. Mereka mengokupasi kota-kota, penetrasi ke hutan-hutan, memerangi gerilyawan serta membunuh 100 sandera untuk setiap satu orang tentara Jerman yang mati. Pada 15 Januari di tahun ini tentara Jerman dan Chetnik yang terdiri dari 35.000 orang memukul mundur pasukan YNLA ke wilayah Foca. Bulan April hingga Juni, Pasukan Jerman, Italia dan Chetnik kembali memukul mundur YNLA hingga 200 mil dari Foca ke arah Bosnia Barat dimana Tito kemudian membuat ‘Titoland’ yang berbasis di Bihac pada bulan November.

1943
Pada 15 Januari 1943, pada Operasi Weiss I, II dan III menyerang Titoland hingga pada bulan Mei, Tito harus membubarkan pasukannya dan mengobarkan perlawanan secara umum kepada masyarakat. Di belahan dunia lain, aliansi sekutu F D Roosevelt (Amerika), Joseph Stalin (Uni Soviet) dan Winston Churchill (Inggris) mengadakan pertemuan di Teheran yang menghasilkan keputusan bahwa mereka akan mendukung kedudukan Tito di Yugoslavia.

1944
Bantuan sekutu, khususnya Uni Soviet sangat membantu Partisan (YNLA) untuk melawan Jerman. Secara bertahap, akhirnya Nazi di Yugoslavia dapat dilumpuhkan. Akhirnya pasukan Partisan dengan bantuan Uni Soviet membebaskan Belgrade pada akhir 1944.

1945
Pembebasan Belgrade akhirnya diikuti pula pembebasan Sarajevo pada 6 April 1945. Pada 15 Mei 1945, Jerman dan Ustasa menyerah kepada Partisan.

1946
Konstitusi Yugoslavia terbentuk dan diumumkan pada 31 Januari 1946. Dalam konstitusi tersebut secara resmi mengakui adanya lima bangsa dalam Yugoslavia, yaitu Slovenian, Kroats,, Serbs, Macedonian dan Montenegrin. Dalam konstitusi ini sangat mendiskriminasi Muslim Bosnia yang tidak dianggap sebagai bangsa dan menjadi kelas terpisah dari masyarakat Yugoslavia. Barulah pada tahun 1968 Muslim Bosnia diakui sebagai bangsa keenam dalam Yugoslavia. Menurut Sumantra Bose (2007) beberapa bangsa di Yugoslavia terdiri dari Serbs, Kroats, Slovenian, Slavik Muslims di Bosnia, Montenegrin, Macedonian, Albanian,dan Hungarian. [1]

Pada tahun ini, Winston Churchill meneriakan United States of Europe yang mana perlunya negara-negara di Eropa untuk bersatu dan menghindari munculnya kembali peperangan.

1949
Tahun ini terbentuk Dewan Eropa yang merupakan organisasi Pan-Eropa yang pertama kali. Hampir mirip dengan Concert of Europe 1815.

1950
Menteri Luar Negeri Perancis mengusulkan Eropa agar bekerja sama untuk membentuk integrasi perdagangan batu bara dan baja karena masifnya perdagangan dua sektor ini di Eropa saat itu.

1951
Pada tahun 1951, ditandatanganilah Traktat Paris oleh Perancis, Italia, negara Benelux dan Jerman Barat. Ditandatanganinya Traktat ini menyebabkan Eropa membuat European Coal and Steel Comunity.

1957
Traktat Roma ditandatangani yang menyebabkan pada tahun 1958 Perancis, Italia, negara Benelux dan Jerman Barat plus Belanda membuat empat institusi, yaitu Komisi Eropa, Dewan Menteri, Parlemen Eropa dan Pengadilan Eropa. [2]

Bibliography

A. Schuman, M. (2004). Bosnia and Herzegovina. New York: Fact On File.
Bose, S. (2007). Contested Lands: Israel-Palestine, Kashmir, Bosnia, Cyprus, and Sri Lanka. London: Harvard University Press.
Phillips, D. A. (2004). Modern World Nations: Bosnia and Herzegovina. Philadelphia: Chelsea House Publisher.
Thomas, N., Mikulan, K., & Pavlovic, D. (1995). Axis Forces In Yugoslavia 1941-45. Oxford: Osprey Publishing Ltd.
(n.d.). Retrieved November 2015, 10, from Civitas: http://www.civitas.org.uk/eufacts/FSTREAT/TR1.php




[1] Thomas, N., Mikulan, K., & Pavlovic, D. (1995). Axis Forces In Yugoslavia 1941-45. Oxford: Osprey Publishing Ltd.
Hal. 3.
[2] Ibid.
[3] A. Schuman, M. (2004). Bosnia and Herzegovina. New York: Fact On File. Hal. 26.
[4] Loc cit, Hal. 4.
[5] Bose, S. (2007). Contested Lands: Israel-Palestine, Kashmir, Bosnia, Cyprus, and Sri Lanka. London: Harvard University Press. Hal. 107.
[6] (n.d.). Retrieved November 2015, 10, from Civitas: http://www.civitas.org.uk/eufacts/FSTREAT/TR1.php

No comments

Powered by Blogger.