source: arsip blog |
Judul : Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syi'ah di Indonesia
Penulis : Tim Penulis MUI Pusat
Penerbit : FORMASI (Forum Masjid Ahlus Sunnah)
Tebal : 152 halaman
Tebal : 152 halaman
Pernahkah Anda mendengar sebuah aliran yang menyatakan diri
mereka Syiah? Anda pasti tahu, karena dalam berita-berita konflik di Timur
Tengah tidak jarang berkaitan dengan konflik Sunni-Syiah. Konflik paling baru berkaitan
Sunni-Syiah di awal tahun 2015 ini tidak jauh dari gemparnya revolusi yang menggulingkan
Presiden Abd Rabbou Mansour Hadi di Yaman. Konflik ini kemudian diikuti dengan
gempuran Arab Saudi terhadap gerakan Syiah yang merebut pemerintahan di Yaman.
Namun
bukan analisis perpolitikan Syiah
internasional yang akan dibahas disini. Dalam tulisan ini saya akan membagikan
pengetahuan dasar mengenai Syiah melalui review dari buku yang ditulis dan
dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Tulisan dalam buku ini
sekaligus menjadi respon MUI terhadap Syiah yang kian berkembang di Indonesia.
Bagian
awal buku ini memaparkan mengenai sejarah aliran Syiah pertama kali. Syiah
awalnya adalah sebuah golongan yang merupakan pendukung setia khalifah Ali
(Syiah Ali: red. Pengikut Ali) dan
tidak berlepas diri darinya. Sedangkan sebaliknya pada saat itu beberapa orang
tidak mengkaui legitimasi Ali sebagai khalifah, sehingga orang-orang ini
disebut khawarij (orang-orang yang
keluar dari barisan Ali). Maka dari itu istilah Syiah pada masa kekhalifahan
Ali bin Abi Thalib adalah istilah politis bukan sebuah sekte atau aliran
keagamaan dalam Islam.
Seiring
berjalannya waktu Syiah berkembang menjadi sebuah aliran yang menyangkut aqidah
dan fiqih-fiqih dalam Islam. Sangkut paut terhadap hal tersebut juga ternyata
menyimpang dari Al Quran dan As Sunah, diantaranya adalah:
- Posisi paling radikal dari salah satu aliran Syiah bahkan menempatkan Ali sebagai Nabi
- Meragukan keotentikan Al Quran Ustmani
- Mempercayai bahwa masalah imamah/kepemimpinan adalah hak ahlul bait sehingga tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar dan Umar serta menuding mereka kafir
- Nabi telah memilih beberapa Imam untuk menjadi pemimpin umat Islam setelah beliau wafat, pendapat yang masyur adalah mengenai 12 imam
- Mencaci beberapa sahabat Nabi termasuk Aisyah istri Nabi sendiri dan menjadikan cacian tersebut sebagai doa yang utama
- Penghalalan nikah Mut’ah (nikah kontrak/kawin kontrak)
- Memberikan doktrin/ajaran taqiyah (ajaran yang membolehkan berbohong untuk beradaptasi dengan lingkungan, misalnya ketika mereka sholat yang berimamkan seorang sunni, sholatnya dengan taqiyah sehingga setelah selesai sholatnya diulang lagi
Keyakinan-keyakinan Syiah yang ada
di atas juga dikuatkan secara ilmiah menggunakan kutipan-kutipan dari pembesar
Syiah di dunia. Sehingga paparan mengenai Syiah tidak berujung pada
tuduhan-tuduhan kosong bahwa Syiah melakukan beberapa penyimpangan-penyimpangan
di atas. Walaupun di lapangan masih agak sulit mengidentifikasi Syiah karena
doktrin taqiyah mereka. Mereka bisa
saja mengaku Sunni jika dalam suatu kondisi mengungkapkan eksistensi
ke-Syiah-an bisa membahayakan mereka.
Tidak hanya itu, dengan cukup
singkat, buku ini juga bisa memberikan jaringan pergerakan Syiah dari beberapa
sektor. Diantaranya pemaparan lembaga/organisasi Syiah di Indonesia, daftar
penerbit yang berafiliasi dengan Syiah, media Syiah dan penyebutan beberapa
tokoh Syiah di Indonesia. Di antara lembaga yang yang cukup terkenal adalah ICC
(Islamic Cultural Center) Jakarta yang berafiliasi dengan Kedubes Iran untuk
Indonesia, IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) yang diprakarsai oleh
Jalaluddin Rakhmat dan LKAB (Lembaga Komunikasi
Ahlul Bait) yang belakangan menjadi ABI (Ahlul Bait Indonesia). Selanjutnya,
salah satu penerbit terkenal yang memiliki afiliasi dengan Syiah adalah MIZAN.
Tokoh di dalam Mizan yang merupakan Syiah adalah Haidar Baghir. Walaupun tidak
semua buku Mizan berbau Syiah, tapi mulai saat ini Anda harus bisa membedakan
tulisan-tulisan yang terindikasi Syiah atau tidak. Media-media Syiah juga tidak
luput untuk dipaparkan dalam buku ini, salah satunya adalah saluran televisi digital
berbahasa Arab, Al Manar.
Pada akhirnya buku ini diakhiri
dengan pendapat ulama dan fatwa-fatwa MUI baik pusat maupun daerah yang pada
intinya menyatakan bahwa Syiah adalah aliran sesat. MUI tidak mempermasalahkan
mengenai kebebasan beragama, masalahnya penyebaran ajaran-ajaran yang
menyesatkan Islam adalah suatu penistaan agama. Sehingga di akhir MUI meminta
agar Syiah tidak melakukan penyebaran ajaran secara masif. Serta meminta
jajaran pemerintah untuk menekan dan melarang penyebaran ajaran tersebut.
Untuk mengetahui lebih lanjut, Anda bisa membaca buku ini sendiri. Karena tulisan ini hanyalah pengantar supaya menggugah keingintahuan pembaca lebih lanjut. Buku ini tidak diperjualbelikan, sehingga Anda bisa mengunjungi kantor MUI terdekat untuk meminta buku gratis ini. Selamat membaca!
Untuk mengetahui lebih lanjut, Anda bisa membaca buku ini sendiri. Karena tulisan ini hanyalah pengantar supaya menggugah keingintahuan pembaca lebih lanjut. Buku ini tidak diperjualbelikan, sehingga Anda bisa mengunjungi kantor MUI terdekat untuk meminta buku gratis ini. Selamat membaca!
No comments