Bacaan
Book Review: Kisah Hidup Abu Bakar Al-Shiddiq (Dr. Musthafa Murad)
source: arsip blog |
ABU BAKR (2007)
Penulis:
Dr. Musthafa Murad (Al Azhar University)
Judul Terjemahan:
KISAH HIDUP ABU BAKAR AL-SHIDDIQ
Penerjemah:
Dedi Slamet Riyadi
Penerbit: Zaman
Tahun: Cetakan VII, 2014
Halaman: 312
Bismillahirahmanirahim
Abu
Bakar r.a. adalah anak dari Abu Quhafah dan Ummu Al-Khair. Dia adalah sahabat
karib Nabi Muhammad saw sejak kecil dan lahir di Mekkah dua tahun satu bulan
setelah kelahiran beliau. Pemilik gelar Al Shiddiq (yang membenarkan) ini
berdagang untuk menafkahi keluarganya selama masa jahilliyah dan masa Islam.
Setelah dia menjadi khalifah, barulah dia mencurahkan jiwa,raga dan pikirannya
untuk mengabdi mengurus urusan umat Islam sepeninggal Rasulullah saw.
Abu
Bakar adalah sahabat yang memiliki banyak keutamaan. Dia adalah sahabat nabi
yang pertama kali memeluk Islam bersamaan dengan Ali bin Abu Thalib ketika
semua yang diseru Rasul harus pikir-pikir
dulu untuk memutuskan masuk Islam. Mereka kala itu langsung menjawab ‘ya’
dan meyakini Muhammad sebagai utusan Allah saat itu juga. Bahkan disaat semua
ragu ketika Rasul menyampaikan peristiwa Isra Mi’raj, Abu Bakar adalah orang
yang tanpa ragu membenarkan kejadian
tersebut. Sejak saat itulah dia dijuluki Al Shiddiq.
Hari-hari selanjutnya setelah masuk
Islam, dia membawa orang-orang yang kelak menjadi sahabat besar masuk Islam.
Diantara sahabat tersebut, yaitu Ustman bin Affan, Zubair bin Awam, Abdurrahman
bin Auf, Sa’d bin Abu Waqqash dan Thalhah bin Zubair. Dialah yang membebaskan
Bilal, seorang budak hitam yang kelak menjadi muadzin Rasulullah.
Abu Bakar adalah seorang yang
terhormat dan menjaga kehormatan dirinya. Dia tidak pernah menyembah berhala
apalagi minum arak. Hal tersebut dia lakukan bahkan sebelum masuk Islam. Aisyah
putrinya menuturkan, “Abu Bakar mengharamkan
arak atas dirinya sehingga dia tidak pernah meminumnya pada masa
Jahiliyah apalagi sejak masuk Islam. Dia pernah melihat seorang laki-laki yang
sedang mabuk mendekati seorang gadis dan merayunya. Namun, laki-laki itu
tiba-tiba kentut sehingga si gadis menjahuinya. Abu Bakar berkata, ‘Laki-laki
itu tidak menyadari apa yang diperbuatnya. Ia tidak sadar dan tak dapat menahan
kentutnya.” Seorang laki-laki bertanya, “Apakah kau pernah minum arak pada masa
Jahiliah?” Abu Bakar menjawab, “Aku berlindung kepada Allah. Karena aku menjaga
kehormatanku dan memelihara harga diriku. Minum arak akan menghilangkan
kehormatan harga diri.”[1]
Buku ini memiliki dua bagian besar
yang menceritakan kehidupan Abu Bakar. Bagian pertama menjelaskan kehidupan Abu
Bakar saat sebelum menjadi khalifah. Sedangkan bagian kedua menjelaskan saat beliau
menjabat sebagai khalifah hingga meninggal.
Bagian pertama dalam buku berisi
keutamaan-keutamaan Abu Bakar saat beliau hidup bersama Rasulullah saw yang
telah dijelaskan sebagian di atas. Diantara keutamaan itu, keutamaan-keutamaan
lainnya yang dijelaskan di buku ini yaitu kezuhudannya terhadap dunia, ilmu
pengetahuannya yang luas, selalu bersyukur kepada Allah, ketakutannya kepada
Allah, sifatnya yang sabar dan pemaaf serta imannya yang teguh. Keutamaan
tersebut ditunjukkan dalam buku ini melalui kisah-kisah yang sangat dalam
hikmahnya.
Salah satunya adalah ketika ia
menghadapi tekanan dan intimidasi lalu keluar dari Mekkah untuk melapangkan
hatinnya. Kemudian di jalan dia bertemu dengan Ibn Dughunah pemimpin kelompok
Ahabisy. Abu Bakar menceritakan permasalahannya kepada Ibn Dughunah yang
kemudian mengajaknya kembali ke Mekkah dan menjamin keselamatannya. Ibn
Dughunah saat itu menganggap Abu Bakar sebagai orang yang baik sehingga tidak
tega jika orang seperti dia harus keluar kota karena diintimidasi oleh kaumnya.
Setelah berada di Mekkah, Abu Bakar kembali menjalankan hidup seperti biasa
dengan jaminan keamanan dari Ibn Dughunah. Orang-orang Quraisy kesal kepada Abu
Bakar namun tidak bisa berbuat apa-apa karena dia berada di bawah jaminan Ibn
Dughunah. Abu Bakar memiliki bangunan di depan rumahnya yang kemudian
dijadikannya tempat sholat dan ibadah sejak itu. Setiap kali Abu Bakar sholat,
anak-anak, budak dan perempuan yang kebetulan lewat berhenti sejenak untuk
sekedar mendengar bacaan Al-Quran Abu Bakar yang merdu. Hal tersebut membuat
orang-orang kafir Quraisy khawatir orang-orang tersebut terpengaruh oleh Abu
Bakar, sehingga mereka mengadukan kabar tersebut kepada Ibn Dughunah bahwa Abu
Bakar telah menganggu mereka. Sejak itulah Ibn Dughanah memerintahkan kepada
Abu Bakar untuk shalat di rumah saja jika ingin tetap berada dalam jaminannya.
Namun saat itu Abu Bakar menjawab,”Ibn Dughunah! Jika yang kulakukan ini
mengganggumu, aku akan mengembalikan jaminan keselamatan yang kau berikan
kepadaku. Aku lebih memilih mendapat jaminan dari Allah saja.” Kisah di atas
menandakan keteguhan hati yang dimiliki Abu Bakar dalam menghadapi intimidasi
kaum kafir Quraisy yang terus menginginkan dia celaka.
Keilmuannya
yang luas juga ditunjukkan saat Nabi wafat. Ketika semua penduduk Madinah
berduka dan banyak orang bimbang mengenai keislamannya sehingga kemudian
murtad, Abu Bakar dengan lantang kemudian
mengucapkan syahadat di tengah-tengah orang yang menangis di dalam Masjid lalu
berkata,”... amma ba’d, barang siapa
yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Barang siapa
menyembah Allah maka sesungguhnya Allah Maha hidup tidak akan mati. Allah
berfirman:
Dan Muhammad tidak lain hanyalah seorang rasul. Telah berlalu sebelumnya
beberapa rasul. Apakah jika ia wafat atau dibunuh kalian berbalik ke belakang
(murtad)? Barang siapa yang berbalik maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat
kepada Allah sedikit juga dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur.[2]
Whatever
happens the show must go on. Setidaknya analogi ini cocok bagi nasehat Abu
Bakar yang satu ini. Dr. Murad menggambarkan keadaan setelah Abu Bakar
berpidato seperti “seakan-akan orang yang berada disana seperti baru mendengar
ayat yang baru saja di bacakan Abu Bakar”.
Bagian
dua seperti telah dijelaskan sebelumnya menceritakan hidup Abu Bakar saat
menjabat jabatan khalifah bagi kaum muslim. Beliau merupakan khalifah yang
terpilih setelah nabi wafat melalui musyawarah dan perdebatan panjang antara
kaum Anshar dan kaum Muhajirin. Ketika Abu Bakar menengahi perdebatan tersebut,
beliau malah secara aklamasi dipilih oleh kaum Muhajirin dan Anshar sebagai khalifah
muslim. Dr. Murad dalam bagian dua memberikan kronologi yang cukup mengesankan
mengenai bagaimana Abu Bakar memimpin. Beberapa judul dalam bagian dua tidak
hanya berfokus pada Abu Bakar saja, melainkan juga dikisahkan secarik kisah
para sahabat yang diutusnya untuk menumpas pemurtadan dan permasalahan luar
negeri, seperti pajak, jizyah dan zakat.
Kecakapan
Abu Bakar dalam memimpin dibuktikan dari bagaimana dia mendelegasikan wewenang,
mengorganisasikan masalah dan mengatur kehidupan bernegara. Terlebih lagi
ketika ia memutuskan untuk tetap memberangkatkan Usamah bin Zaid ke Romawi yang
dipilih sebagai panglima pasukan oleh Rasulullah sebelum wafat. Ketika semua
orang ingin agar Abu Bakar menunda
serangan dan mengganti Usamah, Abu Bakar menolaknya karena itu berarti
tindakan yang meragukan keputusan Rasulullah. Usamah saat itu terus maju hingga
wilayah Romawi sehingga mereka berkata,”Sungguh aneh orang-orang itu. Pemimpin
mereka mati, tetapi mereka malah semakin berani dan menyerang negeri kita?!”
Artinya disini bahwa, harus ada kepercayaan dan keberlanjutan mengenai suatu
program satu pemerintahan ke pemerintahan yang selanjutnya. Dengan demikian
dapat menciptakan stabilitas yang ada di masyarakat karena program tersebut
berakhir tuntas dan tidak terkatung-katung karena pemerintahan baru selalu
menjalankan program yang baru.
Pengaturan
kehidupan bernegara juga ditunjukan Abu Bakar dengan pengorganisasian yang
baik. Abu Bakar selama kekhalifahannya setidaknya melakukan hal-hal berikut:
1.
Dia dianggap orang yang pertama kali membuat
Baitul Mal, yaitu sebuah rumah perbendaharaan negara. Semua pemasukan, hasil jizyah dan pajak dimasukkan kesana yang
kemudian dikeluarkan lagi untuk membayar gaji khalifah, pejabat negara dan
dibagi-bagi kepada semua orang dengan jumlah yang sama.
2.
Menetapkan jalan musyawarah sebagai pemutus
perkara dan mengangkat dewan syura. Umar bin Al Khaththab menjadi ketua Dewan
Syura yang sekarang lembaga ini serupa dengan lembaga DPR.
3.
Membentuk Dewan Syariah sebagai lembaga
peradilan Islam. Lembaga ini hampir tidak berbeda dengan lembaga Yudikatif pada
saat ini.
4.
Tetap mempertahankan orang-orang yang menjadi
gubernur di berbagai wilayah Islam pada masa Rasulullah sebagai perwakilan
pemerintah Islam di wilayahnya masing-masing.
5.
Kodifikasi
atau pengumpulan ayat-ayat Al Quran yang didelegasikan kepada Zaid bin
Tsabit.
Konsep subsidi silang juga kita
dapati pada pemerintahan Abu Bakar. Hal tersebut ditunjukkan ketika kita
mencermati pidato saat pertama kali menjabat sebagai khalifah,”Orang yang lemah
di antara kalian adalah orang kuat di sisiku hingga –Insya Allah– kutunaikan
hak-haknya, dan orang yang kuat di antara kalian adalah lemah di sisiku hingga
–Insya Allah– kuambil hak-haknya.” Maksudnya adalah orang-orang yang lemah akan
mendapatkan hak-haknya dari orang-orang yang lebih kuat melalui pembagian porsi
menurut khalifah.
Mengenai politik luar negeri
(polugri), Dr. Murad menjelaskan bahwa Abu Bakar menitikberatkan pada penciptaan
stabilitas umat islam dengan mengembalikan keyakinan masyarakat kepada Islam
pasca wafatnya Nabi Muhammad. Selain itu Abu Bakar juga mengirim
pasukan-pasukannya untuk memerangi pemurtadan, penumpasan nabi palsu dan
memerangi musuh-musuh.
Dalam mengirimkan pasukan dan
mendelegasikan wewenangnya untuk memimpin pasukan di luar negeri, Abu Bakar
selalu memberikan wasiat yang sangat jelas, detail dan bermakna. Berikut salah
satu wasiatnya kepada Yazid bin Abu Sufyan ketika akan memberangkatkannya
memimpin pasukan ke Syria:
Sesungguhnya
aku mengangkatmu sebagai pemimpin untuk menguji, mencoba dan mengutusmu. Jika
berhasil, kau akan kukembalikan kepada jabatanmu dan akan kutambah tugasmu.
Jika tidak, aku akan memecatmu. Bertakwalah kepada Allah karena Dia melihat apa
yang terdapat dalam hatimu begitu pula apa yang kautampakkan pada lahirmu.
Sesungguhnya manusia yang paling utama di sisi Allah adalah yang paling setia
menolong-Nya dan orang yang paling dekat kepada-Nya adalah yang paling keras
berusaha mendekati-Nya dengan amal-amalnya. Aku telah menyerahimu pekerjaan
Khalid (bin Walid) maka jauhilah kesombongan dan ketakaburan Jahiliah, karena
Allah membencinya dan memurkai orang yang takabur. Jika kau sedang memimpin
pasukan, berbaik hatilah kepada mereka, perlakukanlah mereka dengan baik dan mulailah
dengan contoh yang nyata dari dirimu. Doronglah mereka untuk melakukan
kebaikan. Jika kau menasehati mereka, kau juga harus melakukan apa yang kau
nasehatkan, karena banyak omong tanpa contoh yang nyata akan mudah dilupakan.
Perbaikilah dirimu sendiri, niscaya orang-orang akan berbuat baik kepadamu.
Dirikanlah shalat pada waktunya dan sempurnakanlah shalatmu dengan rukuk,
sujud, dan kusyuk.
Jika ada
utusan musuh menemuimu, hormatilah mereka dan jangan biarkan mereka tinggal lebih
lama agar mereka tidak mengetahui keadaan pasukanmu. Jangan biarkan mereka
mengetahui strategi dan persiapan yang kau lakukan dengan pasukanmu. Sambutlah
mereka di tempat pasukanmu sehingga mereka melihat kemegahan dan kekuatan
pasukanmu. Jangan sampai orang lain
mendahuluimu berbicara dengan mereka. Kuasailah setiap keadaan ketika berunding
dengan mereka dan jagalah lisanmu sehingga tidak mengucapkan sesuatu yang
rahasia mengenai pasukanmu. Jika berunding dengan mereka, bicaralah dengan
jujur sehingga kau akan mendapatkan hasil yang baik. Jangan khawatir merugi
ketika berbicara dengan jujur. Jangan sampai lisanmu mendahului hatimu.
Di malam
hari, berbicaralah pelan-pelan sehingga musuh tidak dapat menguping dan
mengetahui rahasiamu. Perkuatlah penjagaan dan perlindungan terhadap pasukanmu.
Kebanyakan serangan mendadak terjadi karena kelalaian dan kelengahan pasukanmu. Jika ada pasukan
yang lengah dalam penjagaan, didiklah dengan baik, dan berilah hukuman secara
tidak berlebihan. Buatlah daftar giliran jaga untuk malam hari dan waktu penjagaan
di awal malam harus lebih panjang dibanding akhir malam, karena situasi awal
malam lebih ringan.
Jangan
sungkan-sungkan menghukum orang yang memang pantas di hukum. Jangan merasa
berat hati untuk melakukannya, jangan terburu-buru dan jangan berlebih-lebihan.
Jangan mencari-cari kesalahan pasukanmu sendiri sehingga mereka merasa risih
dan kesal kepadamu. Jangan ungkapkan rahasia seseorang, cukuplah dengan apa
yang terlihat pada diri mereka. Jangan menemani orang-orang yang suka
membuang-buang waktu dan temanilah orang-orang yang jujur dan setia. Jangan
memaksa siapa pun sehingga mereka melakukan sesuatu secara terpaksa. Dan jangan
pernah menipu dalam urusan ganimah karena tindakan itu mendekatkan kepada
kefakiran dan menjauhkanmu dari kemenangan. Jika kau mendapati suatu kaum yang
memenjara diri mereka sendiri di tempat ibadah, tinggalkanlah mereka dalam
keyakinan dan pemenjaraan diri mereka.[3]
Dalam wasiat tersebut, paragraf
pertama menjelaskan mengenai wasiat umum untuk terus bertakwa kepada Allah dan
memperbaiki pribadi seorang pemimpin. Paragraf kedua menjelaskan mengenai
teknik-teknik dan etika berdiplomasi. Paragraf ketiga selanjutnya menjelaskan
mengenai strategi perang dan peringatan agar tidak lalai. Dan terakhir,
paragraf keempat berisi nasihat-nasihat umum
supaya pemimpin bersikap bijak dalam memimpin, paragraf ini juga
mengisyaratkan agar pasukan muslim tidak menyerbu dan membunuhi orang di rumah
ibadah agama lain. Semuanya terhimpun lengkap dalam satu wasiat. Tidak
mengherankan walaupun komunikasi setelah itu terputus, pasukan yang
didelegasikannya tidak kebingungan karena mereka hanya mengikuti perintah dan
percaya bahwa perintah tersebut baik apabila dijalankan.
Secara umum buku ini memaparkan
biografi Abu Bakar dengan cukup baik. Namun beberapa kali dalam bukunya, Dr.
Murad mengulang-ngulang kisah yang telah diceritakan pada bagian sebelumnya.
Hal ini bisa berarti dua hal, yaitu bisa karena sumber yang diberikan dalam
buku terbatas atau karena ingin memberikan penekanan terhadap kisah-kisah
tersebut supaya pembaca lebih memahaminya.
Bagaimanapun, secara garis besar
buku ini bisa memberikan pelajaran berharga mengenai akhlak dan kepemimpinan
Abu Bakar. Bahkan beberapa ide dan tindakan pada masa kekhalifahannya sangat
bisa diterapkan pada pemerintahan negeri kita di abad kontemporer ini. Sehingga
diharapkan, dengan mencontoh pemerintahan sahabat Rasul yang memiliki banyak
keutamaan ini, pemerintahan di negeri kita bisa menjadi lebih baik lagi.
No comments