Kesal

Belakangan, ada banyak hal yang bikin saya kesal. Faktornya banyak, mulai dari harga-harga kebutuhan sehari-hari yang kian mencekik, laptop rusak kena air hujan, hingga soal hiruk-pikuk pekerjaan.

Saya mengira karena sepekan ke belakang, saya sempat mengonsumsi obat radang dari dokter. Salah satu efek samping yang saya baca di internet: obat itu bikin gangguan suasana hati seperti mudah cemas, marah, dan gelisah.

Efek tersebut sempat teramati oleh istri saya. Dia bilang saya jadi mudah galau karena hal-hal tertentu. Misalnya setelah baca berita naiknya harga minyak goreng dan Pertamax, saya langsung resah. Tapi wajar saja, siapa yang tidak resah dengan kenaikan-kenaikan itu, bukan?

Memang baru kali itu saya  menganggap kenaikan harga barang, terutama bahan pokok, begitu personal. Mungkin karena kini sudah jadi kepala rumah tangga, sedikit banyak pengeluaran yang berubah karena faktor kenaikan harga bakal terasa.

Meski demikian, setelah menghentikan penggunaan obat itu karena sudah mendingan, ternyata hal-hal mengesalkan tetap terlintas di dunia ini. Bahkan saya kesal karena saya merasa kesal.

Sebagai orang yang jujur, saya bahkan sulit untuk menyembunyikan kekesalan saya. Akibatnya, kalau saya sudah kesal, saya akan cenderung berterus terang mengungkapkan apa yang salah dan tak lagi peduli political correctness.

Masalahnya, ketika saya sudah agak tenang, saya cenderung menyesali perbuatan tersebut. Saya agak khawatir ada orang yang tersakiti hanya karena saya kesal --meskipun saya selalu mencoba melandaskan kekesalan itu di atas koridor rasio. 

Tetapi kecenderungan emosional memang sulit lepas dari rasa kesal itu. Kesal belakangan ini bisa mewujud kemarahan (anger), ketakuan (fear), kekhawatiran (worries), kesepian (loneliness), dan sedikit kesedihan (sadness).

Sesi terakhir saya dengan psikolog menghasilkan tips untuk selalu mengidentifikasi perasaan emosional yang timbul dari suatu kondisi psikis. Itu karena, jika kita ingin menyelesaikan masalah, kita harus tahu dan mengakui ada masalah tersebut. Selain itu, mengidentifikasi perasaan adalah salah satu cara untuk mengelola perasaan itu agar terkendali.

Kenapa saya berusaha untuk mengendalikan rasa kesal itu ketimbang menghindari hal-hal mengesalkan di dunia ini? Sebab, saya menyadari hal mengesalkan dari faktor eksternal tidak bisa sepenuhnya kita kontrol. 

Satu-satunya jalan cepat adalah mengendalikan apa yang bisa kita kontrol: perasaan dalam diri adalah salah satunya.

No comments

Powered by Blogger.