Mahasiswa Musuh Pemerintah?

Tulisan ini dimuat di Koran Sindo edisi 29 Maret 2016.

Khazanah paling umum yang menunjukkan hubungan mahasiswa dan pemerintah selalu terangkum pada kata ‘demonstrasi’. Demonstrasi yang dilakukan mahasiswa seolah-olah menimbulkan anasir adanya sikap memusuhi dari mahasiswa terhadap pemerintah. Asumsi yang semacam ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk kepedulian mahasiswa terhadap pemerintah yang sedang menjalankan amanahnya.

Ilustrasi: news.okezone.com
Sesungguhnya terdapat tiga peranan yang dimainkan mahasiswa dalam hubungannya dengan pemerintah. Mereka dapat bertindak sebagai agen perubahan, kontrol sosial dan penerus masa depan (iron stock) dalam estafet kepemimpinan masyarakat Indonesia. Pertama, mahasiswa sebagai agen perubahan adalah aktor yang dapat mendobrak keadaan yang stagnan dan tidak berkembang. Preseden mencontohkan, pada tahun 1998 mahasiswa mampu merevolusi tatanan lama untuk diganti kepada tatanan baru yang dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat.

Kedua, mahasiswa sebagai kontrol sosial berusaha untuk menjadi political watchdog bagi pemerintah agar tidak berkuasa semena-mena. Alasan mengapa mahasiswa harus menjadi kontrol sosial bagi pemerintah adalah karena mahasiswa dianggap sebagai kaum yang tercerahkan. Mereka seorang pembelajar yang dianggap terdidik sehingga diibaratkan dapat menunjukkan jalan kepada rakyat yang kebingungan di persimpangan jalan.

Ketiga, mahasiswa sebagai penerus masa depan selalu menjadi harapan baru akan adanya perubahan lebih baik di masa yang akan datang. Maka dari itu, mahasiswa perlu selalu meningkatkan kualitas diri agar ketika menempati posisi-posisi penting dalam sebuah pemerintahan di masa yang akan datang, mahasiswa tersebut dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Mahasiswa sebagai pemilik ketiga peranan tadi dianggap masih memiliki idealisme yang murni untuk membuat bangsa dan negara Indonesia menjadi lebih baik. Mereka belum banyak terpengaruh oleh politik jahat. Keadaan seperti ini perlu terus didukung, bukannya dilemahkan dan dihentikan pergerakannya. Mahasiswa perlu diakomodir ide-idenya, bukan dianggap musuh yang menggangu stabilitas.

Demonstrasi, yang pada intinya untuk menyampaikan gagasan barangkali adalah salah satu implementasi dari peranan mahasiswa tadi. Kendati demikian, dalam menyampaikan gagasannya, mahasiswa di sisi lain perlu mengedepankan cara-cara baik. Demonstrasi yang anarkis dan merusak fasilitas umum malah dapat menyebabkan stigma masyarakat dan pemerintah kepada mahasiswa menjadi buruk.

Dengan semangat untuk membangun bangsa, pada akhirnya pemerintah dan mahasiswa juga perlu berdampingan secara sinergis. Pemerintah menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya, mahasiswa juga harus menjalankan peranannya tadi. Hubungan sinergis yang terjalin dengan baik sudah seyogianya dapat menciptakan keharmonisan bangsa.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, deliberasi politik antara pemerintah dan mahasiswa perlu terus dijalin. Deliberasi politik antara mahasiswa dan pemerintah selain dapat membantu mengakomodir ide-ide mahasiswa, sesungguhnya juga dapat meningkatkan transparansi pemerintah dalam menjalankan amanah rakyat.


Mahasiswa bukanlah musuh bagi pemerintah. Mereka hanyalah penyambung lidah rakyat yang kadang tak sampai aspirasinya. Mereka juga merangkap seorang pembelajar yang mencoba mengaplikasikan ilmunya. Mereka juga tak lain merupakan bagian tak terpisahkan dari rakyat Indonesia. Hidup mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia!

No comments

Powered by Blogger.