Book Review: Kisah Hidup Umar Ibn Khattab (Dr. Musthafa Murad)

source: arsip blog
Judul asli:
Umar ibn al-Khaththab
Judul terjemahan:
Kisah Hidup Umar Ibn Khattab

Penulis: Dr. Musthafa Murad (Al Azhar University)
Penerjemah:
Ahmad Ginanjar Sya'ban & Lulu M. Sunman
Penerbit: Zaman
Tahun: Cetakan VII, 2014
Halaman: 262


 Bismillahirahmanirrahim

Membaca biografi Umar seperti memasuki lautan kehidupan yang sarat makna. Khalifah kedua setelah Rasulullah wafat dan penggganti khalifah Abu Bakar adalah sosok yang pemberani sekaligus berbakat. Tidurnya menggunakan karpet lusuh, sering tidur dengan pengemis, penggemar blusukan, pakaiannya penuh tambalan dan tidak punya ajudan merupakan beberapa karakteristik pemimpin umat Islam yang telah menaklukan imperium Persia kala itu.

Dialah Umar putra Khattab yang dijuluki sebagai Al Faruq, sebagai ‘sang pembeda’ yang hak dan yang bathil atau dalam pendapat lain mengatakan ‘sang pencerai berai’ barisan pasukan musuh. Seorang keturunan ningrat Quraisy tersebut memiliki banyak bakat yang mengesankan. Dalam buku ini Umar bisa disebut sebagai seorang panglima perang, penyair handal, sastrawan, ahli bahasa (Suryani, Ibrani dan Persi), juru tulis, administrator, manajer, pegulat, penunggang kuda, ahli mazmur leluhur, pemanah handal dan diplomat/juru runding.

Umar awalnya seorang kafir Quraisy yang mengikuti agama nenek moyang seperti masyarakat pada umumnya. Ia bahkan adalah salah satu penentang Islam paling keras. Suatu hari ia pernah menyiksa budaknya sendiri hingga ia kelelahan, karena budak tersebut ketika disiksa olehnya tak kunjung mau melepas keislamannya. Hingga setelah itu budak tersebut dilepaskan oleh Abu Bakar. 

Umar mengenal Islam saat tidak sengaja mendengar adiknya, Fathimah dan Sa’d bin Zaid, sepupunya masuk Islam. Saat Umar hendak menemui mereka di rumah, Umar mendengarkan lantunan surat Thaha yang sayup-sayup dibacakan oleh Khabab melalui lembaran-lembaran di rumah tersebut. Umar heran dengan apa yang barusan ia dengar. Kemudian Fathimah, Sa’d dan Khabab ketakutan ketika tahu Umar datang, Khabab pun bersembunyi. Umar sempat memarahi Fathimah dan Sa’d, namun akhirnya meminta lembaran tersebut untuk dibaca olehnya. Setelah mandi wajib untuk menyucikan diri, Umar yang pandai dalam sastra tersebut lalu dengan seksama membaca lembaran surat Thaha tadi. Umar tertegun dan berkata,”Alangkah eloknya kalimat-kalimat ini, betapa mulianya ajaran-ajaran yang dikandungnya. Sungguh, tak ada manusia yang mampu membuat kalam seindah ini.” Ia  berpendapat seperti itu karena keilmuannya dalam bidang kesusastraan yang dalam bisa membandingkan mana yang dibuat manusia mana yang tidak bisa dibuatnya. Itulah kontribusi keilmuan dalam keislaman Umar. Setelah itu ia menemui Nabi dan menyatakan keislamannya.

Ketika Nabi memilih dakwah secara sembunyi-sembunyi, Umar lah orang yang pertama kali mengusulkan untuk dakwah secara terang-terang kepada Nabi. Umar berkata,”Wahai Rasulullah, bukankah hidup dan mati kita berada dalam kebenaran?” Rasul menjawab,”Ya! Demi Allah, hidup dan mati kita berada dalam kebenaran.” Umar lalu berkata,”Jika demikian, mengapa kita sembunyi-sembunyi dalam mendakwahkan ajaran kita? Demi Dzat yang mengutusmu atas nama kebenaran, sudah saatnya kita keluar dan menebarkan ajaran dakwah ini!” Setelah itu nabipun keluar bersama Umar dan Hamzah yang ditakuti oleh kaum Quraisy. Sejak itu umat Islam bisa shalat di kabah dengan bebas.

Kembali saya membahas buku paket Biografi Khalifah Rasulullah yang merupakan seri kedua karya salah satu Guru Besar Universitas Al Azhar Kairo, Dr. Musthafa Murad. Buku ini khusus membahas biografi Umar bin Khattab. Agaknya sulit untuk membedakan apakah tulisan ini termasuk dalam resensi atau review, akan tetapi biarlah saya memberikan pandangan dan sedikit meringkas isi buku tersebut, sehingga bisa dikatakan termasuk dalam keduanya.

Buku ini terdiri dari tiga bagian besar. Pertama saat Umar ketika menjadi sahabat nabi dan berada dalam kekhalifahan Abu Bakar.  Kedua saat Umar memimpin penaklukan di luar Arab yang terkenal. Terakhir, buku ini menceritakan mengenai kekhalifaan Umar dan seputar kehidupan pribadi Umar, hingga wafatnya Umar bin Khattab.

Umar termasuk sahabat yang sangat dicintai Rasulullah saw. Ketika Rasul ditanya mengenai manusia yang paling dicintai, Umar berada di urutan ketiga setelah Aisyah dan Abu Bakar. Hari-harinya dengan Nabi Muhammad ia habiskan sebagai pembantu setianya. Dengan kecakapannya dalam bidang administrasi dan tata negara, ia membantu Nabi untuk membentuk Piagam Madinah. Piagam tersebut berisi aturan-aturan masyarakat sekaligus menjadi hukum dasar tertulis pertama dalam sejarah umat Islam. Selain itu Umar menjadi juru tulis, juru runding dan penasehat perang Rasulullah saw. Umar adalah seorang yang multitalent dan hal tersebut sangat membantu nabi dalam mengemban dakwah Islam. Walaupun beberapa pendapat Umar kadang tidak disetujui oleh Nabi dan sahabat lain, namun setidaknya dalam buku ini mencatat ada 20 pendapat Umar yang kemudian selaras dengan Al Quran. Bahkan pernah suatu saat setelah perang Badar umat muslim mendapatkan 70 tawanan. Kemudian Umar berpendapat agar tawanan tersebut dibunuh semua. Namun Rasulullah lebih setuju dengan pendapat Abu Bakar yang berpendapat lain agar tawanan tersebut menebus dirinya masing-masing. Esoknya Nabi dan Abu Bakar menangis karena turun ayat yang membela pendapat Umar, “Tidak patut bagi seorang nabi mempunyai tawanan, sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi” (Al Anfal: 67).

Setelah nabi wafat, kekhalifahan pun diserahkan kepada Abu Bakar. Salah satu kebijakan fenomenal pada masa kekhalifahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al Quran. Setelah ditelisik, kebijakan penghimpunan Al Quran yang tercecer di lembaran daun, kulit hewan dan ingatan orang-orang  tersebut adalah usulan dari Umar bin Khattab. Mengenai kehidupan, kebijakan dan kekhalifahan Abu Bakar telah saya bahas dalam Review Buku Kisah Hidup Abu Bakar Al-Siddiq

Kemudian sebelum Abu Bakar wafat, Abu Bakar menyerahkan kekhalifahannya kepada Umar melalui wasiat yang dicap stempel kekhalifahan. Penetapan ini agaknya sepihak, akan tetapi ternyata sebelum itu Abu Bakar telah meminta pendapat terlebih dahulu kepada para sahabat terkemuka seperti Abdurrahman bin Auf, Ustman bin dan Thalhah bin Ubaidillah. Sehingga pada dasarnya penetapan ini terlebih dahulu didasarkan pada musyawarah. Umar pun akhirnya mengemban amanat sebagai khalifah.

Salah satu yang menonjol dalam buku ini adalah ketika menjelaskan mengenai serangkaian penaklukan-penaklukan yang dilakukan kekhalifahan Umar bin Khattab. Penaklukan-penaklukan ini adalah titik berat dalam kebijakan luar negeri Umar bin Khattab. Walaupun ternyata, sebelumnya Abu Bakarlah yang pertama melepas pasukan-pasukannya untuk menaklukan wilayah-wilayah yang belum pernah diduduki Islam. Sehingga Umar bisa dikatakan hanya melanjutkan kebijakan khalifah lama. Akan tetapi dalam catatan sejarah, kebijakan luar negeri Abu Bakar tetap berpusat pada penumpasan orang-orang murtad di daerah jazirah Arab saja pasca Nabi wafat. Perlu dikatakan disini bahwa kejadian tersebut memiliki hikmah bahwa tongkat kepemimpinan beserta kebijakannya perlu diserahkan sebaik-baiknya dan harus berkelanjutan. Sehingga setiap pemimpin baru tidak merusak tatanan yang telah dibuat oleh pemerintahan pemimpin yang lama. Dari situlah muncul stabilitas dalam masyarakat.

Umar dalam literatur Barat selalu dijuluki sebagai ‘The Great’ karena penaklukan-penaklukannya yang fenomenal. Kerajaan Persia yang saat itu menyembah api ‘Ahuramazda’ diseru kepada Islam terlebih dahulu sebelum ditaklukan dengan hebat. Bahkan jumlah pasukan muslim lebih sedikit ketika terjadi pertempuran terbesarnya saat melawan Persia di bawah Argabadz Rustam. Jumlah pasukan muslim saat itu 8.000 orang melawan 60.000 orang yang berakhir dengan kemenangan gemilang pasukan muslim. Umat muslim juga bisa membunuh panglima perang musuh, Argabadz Rustam saat itu.  Setelah menaklukan pasukan yang dikirim Raja Persia, Yazgerd III ke Qadisiyah, pasukan muslim bisa memuluskan jalannya untuk menaklukan ibukota Kerajaan Persia, Ctesiphon (Mada’in). Yazgerd III selalu lari ketika pasukan muslim memburunya ke setiap wilayah Persia yang masih bertahan, hingga akhirnya dia diketahui bersembunyi ke arah Timur, di daerah Merv sampai akhir hayatnya di masa kekhalifahan Ustman bin Affan. Saat mengejar Yazgerd III seluruh wilayah kecil Persia dapat ditaklukan, diantaranya Jalula, Hulwan, Masabazan, Ahwaz, Tustar, Sussa, Jundai Saphur, Nahawand, Isfahan, Hamadan, Rayy, Qom, Bistham, Jurjan, Tabaristan hingga Azerbaijan dan Armenia. Sahabat yang menjadi sosok kunci  dalam penaklukan Persia diantaranya Sa’d bin Abi Waqqah (Panglima pasukan muslim utusan khalifah) dan Qaqa bin Amr (utusan bantuan dari Persia yang ahli strategi).

Dalam pemerintahan Umar pula, umat Islam dapat melebarkan sayap kekhalifahan Islam hingga ke Suriah untuk mengguncang wilayah yang dikuasai Romawi. Setelah estafet kepemimpinan di serahkan kepada Umar ketika Abu Bakar wafat, Umar memerintahkan Khalid bin Walid, Abu Ubaidah, Syarhabil dan Amr bin Ash sebagai panglima-panglima pasukan islam yang memimpin pasukannya masing-masing untuk menaklukan Suriah. Setelah Suriah takluk, disusul pula dengan penaklukan Palestina oleh pasukan Amr bin Ash dan Syarhabil bin Hasanah yang kemudian juga berlanjut ke arah Mesir selepas itu. Ketika Palestina telah ditaklukan oleh pasukan muslim, Umar pun kemudian mengunjungi tanah bersejarah tersebut. Umar yang sederhana hanya datang sendiri menggunakan unta ditemani oleh Aslam mawala setianya. Umar memakai jubah lusuh dengan jahitan dimana-mana beserta perbekalan seadanya. Apa kata dunia jika pemimpin umat muslim yang merupakan penakluk hebat hanya terlihat sesederhana itu? Ternyata itulah kesederhanaan Umar. Begitulah ia hidup, tidak seperti kaisar-kaisar penakluk lainnya. Setelah memasuki Yerusalem khalifah Umar ditemui Uskup Sophronius untuk diajak berkeliling ke tempat-tempat suci. Saat waktu Dzuhur tiba Uskup tersebut membukakan Gereja Makam Suci untuk menjadi tempat sholat Umar. Tawaran itu dihargai dengan baik oleh Umar dengan cara menolaknya. Ia berkata,”Jika saya mendirikan shalat di dalam gereja ini, saya khawatir orang-orang Islam nantinya akan menduduki gereja ini dan menjadikannya sebagai masjid.” Itulah bukti kebijaksanaan Umar dalam memperlakukan kaum agama lain.

Selanjutnya, bagian terakhir dalam buku akan banyak membahas mengenai bagaimana Umar mengatur kebijakan dalam negeri. Umar yang dikenal baik dalam sistem administrasi dan tata negara memberikan banyak kontribusi dalam pengaturan kekhalifahan. Umar membagi unit-unit negara menjadi iqlim (provinsi) dan distrik. Beberapa pejabat provinsi seperti gubernur diangkat oleh Umar sendiri. Umar juga memisahkan rangkap jabatan antara Eksekutif dan Yudikatif dalam pemerintahan Abu Bakar. Dengan prosedur utama pengambilan keputusan melalui musyawarah, Umar membentuk majelis syuro bernama Ahl al-Hall wa al-‘Aqd yang berisi ulama dan cendekiawan. Ahl al-Hall wa al-‘Aqd ini nantinya dibagi-bagi lagi menjadi lembaga-lembaga administratif tersendiri untuk menangani permasalahan secara spesifik. Umar juga membuka jawatan-jawatan khusus demi pelayanan masyarakat, diantaranya jawatan dakwah, jawatan keilmuan, jawatan hukum dan jawatan kesehatan. Kota-kota yang baru ditaklukan juga mendapatkan perhatian dalam bidang infrastruktur. Beberapa pembangunan infrastruktur utama adalah berkenaan dengan tempat tinggal, jalan-jalan, penyediaan sumber air dan tempat ibadah.

Umar menghembuskan nafas terakhir pada tahun 644 M. Ia dibunuh dengan cara ditikam ketika hendak memimpin shalat subuh oleh Abu Lu’lu’ah Fairuz. Umar masih hidup setelah ditikam dan mewasiatkan beberapa hal sebelum meninggal diantaranya mengenai kekhalifahan. Umar memberikan alternatif penggantinya namun hanya sebatas gambaran-gambaran saja. Setelah itu barulah Umar wafat pada hari Ahad awal bulan Muharram tahun 24 H.

Kemuliaan seseorang adalah takwanya.
(Umar ‘The Great’)


No comments

Powered by Blogger.