Narasi
Main Airsoft 'Spring' Gun
Tidak banyak hal bagus yang patut diceritakan dalam
kehidupan saya akhir-akhir ini. Mungkin tulisan saya akan berpusar pada kuliah,
seperti cerita kedunguan saya di matkul Bahasa Arab (dan akhir-akhir ini
barangkali Statistik juga), keluhan saya pada tugas-tugas terutama pada matkul Hubungan
Internasional di Amerika dan lain-lainnya yang tidak jauh dari bau-bau kampus.
Memang pada dasarnya hidup saya kurang praktek. Apalagi semester ini saya tidak
mengambil amanah apapun di organisasi. Hanya saja selain tugas kuliah, kesibukan
lain tetap saja ada, seperti terpilihnya saya sebagai salah satu Presidium Mubes
Keluarga Hubungan Internasional dan juga amanah memegang web suatu kelompok
kajian bernama CIRS (Center for International Relations Studies) yang baru
dibentuk bersama rekan-rekan sejawat serta salah satu dosen di HI.
Rapat perdana pembentukan CIRS di ruang rapat dosen HI. |
Kalau melihat kehidupan orang lain, pada saat kuliah mungkin
mereka punya segudang pengalaman, baik pengalaman akademik, organisasi hingga
rekreasi. Saya termasuk yang biasa-biasa saja di ketiganya. Kalau saya ditanya
tempat-tempat rekreasi di Jatinangor atau Bandung, tempat saya kuliah, saya tidak
tahu akan menjawab apa. Bukan karena malu atau tidak pede, tapi memang saya
belum pernah mencoba satu pun tempat rekreasi di sini. Kalaupun ke Bandung,
saya paling jauh hanya pergi ke Dipati Ukur (kampus), Dago (kampus) dan
Cihampelas (Gramedia). Semuanya lagi-lagi berbau buku dan kehidupan kampus.
Namun akhir-akhir ini, saya menemukan hal baru yang saya
bahkan belum pernah terpikir sebelumnya, yaitu main airsoft ‘spring’ gun.
Airsoft gun adalah suatu permainan simulasi peperangan menggunakan tembakan
mainan (dalam airsoft disebut ‘unit’) berpeluru BB (Bullet Ball) yang terbuat
dari plastik yang tentunya tidak membahayakan. Meski begitu, safety gear
seperti kacamata dan tambahan penutup kepala juga harus dipakai saat bermain
untuk menghindari kontak terhadap bola mata dan sekitarnya.
Alasan adanya kata ‘spring’ di tengah kata airsoft gun adalah
merujuk pada tenaga darimana tembakan mainan tersebut berasal yaitu per/pegas
(Eng: Spring). Tipe spring mengandalkan mekanisme manual yang mana diperlukan mengokang
setiap kali akan menembak. Selain spring, ada juga tipe elektrik yang unitnya
ditenagai oleh dinamo elektrik. Dinamo elektrik ini nantinya akan menggerakkan
mekanisme dalam unit sehingga menghasilkan tembakan yang tanpa perlu dikokang
dulu sebelumnya. Selain itu ada pula tipe gas yang mana BB dilontarkan dari
unit menggunakan tenaga gas. Biasanya jenis gas yang dipakai adalah tipe propana atau polysiloxane.
Tipe airsoft gas juga memungkinkan unitnya untuk tidak dikokang dulu sehingga
dapat menghasilkan tembakan otomatis.
Ya, seminggu lalu saya banyak bicara tentang airsoft dengan
teman saya dari jurusan Sosiologi yang hobi airsoft lebih dulu. Dari situ kesan
saya terhadap airsoft biasa saja. Namun semuanya berubah ketika tetangga kos
saya, Fitra Dermawan membeli satu paket unit airsoft pada malam harinya. Entah
darimana dia mendapat hidayah untuk membeli airsoft secara tiba-tiba. Beberapa
hari kemudian setelah Fitra membeli, unitnya dia coba pada skirmish/sukir (sebutan permainan pertempuran pada airsoft) perdana
dan alhasil dia puas bermain di sana. Dari situlah saya kemudian ikut-ikut
membeli unit airsoft.
Tipe Spring memang paling murah. Saya cek di internet dan
ternyata harganya bahkan ada yang mencapai seratus ribu. Melihat ada barang
yang murah, lantas saja saya langsung membeli unit tersebut. Sebelumnya saya
sudah bertanya-tanya kepada yang lebih tahu dan memang testimoni mereka cukup
meyakinkan saya untuk membeli unit tersebut. Kalau saya dipaksa main airsoft
dan harganya mencapai dua juta ke atas seperti pada unit AEG (Elektrik) dan GBB
(Gas), mungkin saya tidak akan benar-benar main.
Unit milik saya Shotgun M870 Remington buatan Azzuri, Semarang, Indonesia |
Sukir pertama saya bertempat di kampus Fakultas Ilmu Budaya
(FIB) Unpad mulai dari jam 9 malam. Ya, tentu saja kami main disini backstreet. Meski begitu, satpam-satpam
FIB sudah tahu kami main disini, kamipun minta ijin dan mereka meminta kami
mengisi data nama dan NPM (wah ini bahaya kalau kita ketahuan, NPM coy). Satpam
menghimbau kami untuk main menghindari CCTV yang dipasang di FIB. Dengan
sedikit penjelasan, resmilah kami main di tempat yang menjadi blind spot CCTV FIB Unpad.
Berikut aturan main yang kami berlakukan:
- Game death match, artinya apabila hit (kena tembak BB) kita langsung mati.
- Respawn dua
kali, artinya apabila kita hit satu kali, kita masih bisa main lagi, setelah itu
barulah kita harus keluar dari permainan apabila hit lagi setelahnya.
- Pemenang adalah tim yang dapat bertahan ketika
musuh sudah dikeluarkan dari permainan seluruhnya.
Norma permainan:
-
Menyebut senjata mainan yang kita gunakan
sebagai ‘unit’.
-
Menyebut peluru mainan sebagai BB (Bullet Ball).
-
Mengenakan pelindung/kaca mata saat berada
dilapangan permainan.
-
Mengangkat unit saat sudah hit agar tidak
ditembaki.
-
Mengatakan ‘hit’ saat kena tembak pada bagian
tubuh atau pakaian, kecuali jika BB mengenai unit maka teriak saja ‘unit’ dan seterusnya
dapat melanjutkan permainan.
-
Musuh yang berada di jarak lima langkah tidak
boleh ditembak, hanya boleh di freeze.
-
Jangan meletakan telunjuk tangan didalam
pelatuk, dikhawatirkan ketika kita kaget tiba-tiba musuh berada di depan mata
kita refleks menembaknya, padahal jarak kurang dari lima langkah.
-
Jangan menembak secara sporadis, menembak
seperti layaknya orang menembak dengan mengarahkan pandangan ke unit. Artinya
setiap tembakan yang kita lakukan dapat dipertanggungjawabkan asalnya dari
mana.
-
Jika ada sipil
(subjek selain pemain), permainan akan dihentikan sejenak sampai sipil tersebut
tidak ada di lapangan permainan.
Saya termasuk tidak jago dalam bermain permainan lapangan
yang seperti ini. Saya berkali-kali hit dan
membuat tim saya selalu kalah. Dasarnya saya ini memang penakut sih orangnya
jadi sedikit parno kalau di suruh maju untuk ambushing lawan. Karena keasikan main, kami baru selesai pada pukul
3 pagi, padahal saya ada kuliah jam 8 pagi. Namun sebagai mahasiswa yang begajulan baik , aktif dan rajin menabung untuk biaya menikah saya tetap datang kuliah tersebut meski dengan mata yang terkantuk-kantuk.
Hingga kini saya berharap, semoga NPM yang saya berikan ke satpam-satpam FIB
itu tidak membuat saya berada dalam masalah. Jangan sampai seperti Miko
(Raditya Dika) yang dalam Malam Minggu Miko ketika main airsoft dikejar-kejar satpam kampus.
Pesan moral: Jangan bolos kuliah tanpa alasan yang jelas...
Sukirnya 3 tahun lalu, di FIB, tapi sampe sekarang gua masih ga nemu komunitas springannya :'D
ReplyDelete